Menghitung Masa Istihadhah
Istihadhah adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan di luar waktu haid, ia berbeda sifatnya dari darah haid dan memiliki hukum berbeda dari darah haid.
Perbedaan istihadhah dan haid:
- Warna: darah haid itu hitam, sedangkan darah istihadhah merah.
- Kekentalan: darah haid kental sedangkan darah istihadhah encer.
- Bau: darah haid berbau busuk, sedangkan darah istihadhah tidak berbau busuk, sebab dia darah biasa.
- Beku: darah haid tidak membeku jika keluar, sedangkan istihadhah membeku karena dia darah biasa.
- Haid menghalangi seseorang dari shalat, sedangkan istihadhah tidak menghalangi orang dari shalat.
Hadis tentang istihadhah:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ إِلَى النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي امْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ فَلَا أَطْهُرُ, أَفَأَدَعُ الصَّلَاةَ؟ قَالَ: «لَا، إِنَّمَا ذَلِكَ عِرْقٌ، وَلَيْسَ بِحَيْضٍ، فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي الصَّلَاةَ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ, ثُمَّ صَلِّي». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha, bahwa Fatimah binti Hubaisy datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya, “Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka aku tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat? Nabi menjawab: Tidak, itu adalah darah penyakit dan bukan darih haid. Jika hadimu tiba, maka tinggalkanlah shalat, dan apabila masa haidmu sudah selesai, maka bersihkanlah darah itu, kemudian shalatlah.”
Perempuan yang mengalami istihadhah terbagi menjadi tiga keadaan:
Keadaan pertama: Perempuan yang memiliki kebiasaan (المُعْتادة)
Perempuan yang memiliki masa haid yang jelas, maka perempuan tersebut menghitung masa hadinya, misalnya 7 atau 8 hari, lalu sisanya adalah istihadhah.
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ، سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: إِنِّي أُسْتَحَاضُ فَلاَ أَطْهُرُ، أَفَأَدَعُ الصَّلاَةَ، فَقَالَ: «لاَ إِنَّ ذَلِكِ عِرْقٌ، وَلَكِنْ دَعِي الصَّلاَةَ قَدْرَ الأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ تَحِيضِينَ فِيهَا، ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلِّي» رواه البخاري
Dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha , bahwa Fatimah binti Hubaisy bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat? Nabi menjawab: Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkan shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat.”
Keadaan kedua: Perempuan yang bisa membedakan (المُمَيِّزَة)
Perempuan yang bisa membedakan antara darah haid dan darah istihadhah, maka ia memperhatikan darah yang keluar, jika itu darah haid, maka meninggalkan shalat dan puasa. Namun jika yang keluar adalah darah istihadhah, maka ia mandi dan shalat.
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَبِي حُبَيْشٍ، أَنَّهَا كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا كَانَ دَمُ الْحَيْضِ فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ، فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنِ الصَّلَاةِ، فَإِذَا كَانَ الْآخَرُ، فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي فإنما هو عِرق» رواه أبو داود والنسائي
Dari Fatimah binti Hubaisy, bahwa ia mengalami istihadhah, kemudian Nabi ﷺ berkata kepadanya, “Jika itu adalah darah haid yang berwarna hitam dan dapat diketahui, maka tinggalkan shalat, tetapi jika selain itu cirinya maka berwudhu’lah dan lakukan shalat, karena itu adalah darah penyakit.
Keadaan ketiga: Perempuan yang bingung (المُتَحَيِّرَة)
Perempuan yang tidak mempunya masa kebiasaan haid dan tidak bisa membedakan darah haid dan istihadhah. Maka masa haidnya adalah 6 atau 7 hari di setiap bulan, sisanya adalah masa istihadhah.
Berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy radhiallahu ‘anha bahwa ia berkata kepada Nabi ﷺ,
يَا رَسُوْلَ الله إِنِّي أُسْتَحَاضُ حَيْضَةً كَبِيْرَةً شَدِيْدَةً فَمَا تَرَى فِيْهَا قَدْ مَنَعَتْنِي الصَّلاَةَ وَالصِّيَامَ، فَقَالَ: «أَنْعَتُ لَكِ الكُرْسُفَ تَضَعِيْنَهُ عَلَى الفَرجِ فَإِنَّهُ يُذْهِبُ الدَّمَ» قَالَتْ: هُوَ أَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ. وَفِيْهِ قَالَ: «إِنَّمَا هَذَا رَكْضَةٌ مِنْ رَكَضَاتِ الشَّيْطَان، فَتَحِيْضِيْ سِتَّةَ أَيَّامٍ أَوْ سَبْعَةَ فِيْ عِلْمِ الله تَعَالَى، ثُمَّ اغْتَسِلِيْ حَتَّى إِذَا رَأَيْتِ أَنَّكِ قَدْ طَهُرْتِ وَاسْتَنْقَيْتِ فَصَلِّي أَرْبَعًا وَعِشْرِيْنَ أَوْ ثَلاَثًا وَعِشْرِيْنَ لَيْلَةً وَأَيَّامَهَا وَصُوْمِيْ )) .. رواه أحمد وأبو داود والترمذي
“Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadah yang deras sekali. Lalu bagaimana pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa? Beliau bersabda: “Aku beritahukan kepadamu untuk menggunakan kapas dengan melekatkannya pada farji, karena hal itu dapat menyerap darah”. Hamnah berkata: “Darahnya lebih banyak dari itu”. Nabi pun bersabda: “Ini hanyalah salah satu usikan syetan. Maka hitunglah haidmu 6 atau 7 hari menurut ilmu Allah ta’ala lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci, kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah.
Jika sudah selesai masa haid, maka perempuan yang mengalami istihadhah mandi dari haidnya, kemudian menutup farjinya dengan pembalut.
Gabung dalam percakapan