Sifat Atsaroh أَثَرَة (egoisme)
Sebuah hadtis tentang أَثَرَة (egoisme). Bagaimana sikap seorang muslim ketika terjadi hal ini? Dalam sebuah hadits Rasulullah diterangkan:
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي كَمَا اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا؟ قَالَ: سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً، فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ «رواه البخاري (3792)، ومسلم (1845)»
Bahwa ada seorang sahabat Anshor datang kepada Rasulullah ﷺ, kemudian berkata, “Tidakkah engkau memperkerjakan aku sebagaimana engkau memperkerjakan si fulan? Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya kalian akan melihat atsarah (sifat mengutamakan diri sendiri), maka hendaklah kalian sabar hingga kalian berjumpa dengan aku di Haudh. (HR. Bukhari, 3792, Muslim, 1845)
Yaitu telaga Nabi di padang Mahsyar, lebarnya sejauh perjalanan sebulan. Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dari kasturi, gayungnya seperti bintang di langit, barang siapa yang minum, maka tidak akan kehausan setelahnya.
Atsaroh adalah lawan dari al-iitsar (mendahulukan orang lain) yang disebutkan dalam ayat,
﴿وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ﴾ [الحشر: 9]
mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri,
Atsaroh adalah sifat mengutamakan diri sendiri. Imam An-Nawawi رحمه الله menjelaskan bahwa atsaroh adalah الِاسْتِئْثَارُ وَالِاخْتِصَاصُ بِأُمُورِ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ monopoli (mengutamakan diri sendiri) dan berbuat sewenang-wenang terhadap kalian dalam urusan dunia. Syarh Sahih Muslim.
Syaikh Utsaimin رحمه الله menjelaskan dalam Syarh Riyadhus Sholihin.
يُرِيدُ بِذَلِكَ ﷺ أَنَّهُ سَيَسْتَوْلِي عَلىَ المُسْلِمِينَ وُلَاةٌ يَسْتَأثِرُونَ بِأمْوَالِ المُسْلِمِينَ يَصْرِفُونَهَا كَمَا شَاؤُوا وَيَمْنَعُونَ المُسْلِمْينَ حَقَّهُم فِيهَا. وَهَذِهِ أَثَرَةٌ وَظُلْمُ الْوُلَاةِ، أَنْ يَسْتَأثِرُوا بِالأمْوَالِ الَّتِي لِلْمُسْلِمْينَ فِيْهَا الْحَقّ، وَيَسْتَأثِرُوا بِهَا لِأنْفُسِهِمْ عَنِ المُسْلِمِينَ
Maksud dari hadits tersebut adalah bahwa kaum muslimin akan dikuasai oleh penguasa dan pemegang urusan, mereka mengutamakan diri mereka pada harta kaum muslimin dan menggunakannya sesuai kehendak mereka. Mereka mencegah kaum muslimin dari hak mereka dalam harta tersebut. Inilah yang disebut atsraoh dan merupakan kezaliman dari penguasa. Mereka monopoli pada harta kaum muslimin, hanya mengutamakan diri mereka saja.
Ini adalah nasehat bagi siapa saja yang memegang urusan orang banyak seperti kadus, kepala desa, bupati, gubernur, presiden, anggota legislatif, kepala lembaga-lembaga yang ada hak orang banyak di dalamnya, atau siapa saja yang memegang urusan yang ada hak kaum muslimin di dalamnya. Untuk merenungi hadits ini, sehingga bisa waspada dan menjaga diri. Sehingga bisa menunaikan hak-hak orang banyak yang seharusnya ditunaikan, ketika berada di posisi itu. Tidak hanya memikirkan diri sendiri saja. Tetapi memberikan hak-hak kaum muslimin yang ada di dalamnya.
Juga nasehat bagi masyarakat, apa sikap terbaik dalam hal ini. Yaitu dengan bersabar, karena itu adalah sifat terbaik yang diajarkan Rasulullah. Dalam hadits Ibnu Mas’ud رضي الله عنه, para sahabat bertanya setelah disampaikan hadits tersebut.
كَيفَ تَأْمُرُ مَنْ أَدْرَكَ مِنَّا ذلكَ؟
Apa perintahmu bagi yang menemukan zaman itu?
قال: تُؤَدُّونَ الحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ، وتَسْأَلُونَ اللَّهَ الذي لَكُمْ. متفقٌ عليه.
Tunaikanlah hak mereka dan mintalah kepada Allah hakmu
Maksudnya adalah tetap taat kepada mereka. Jangan sampai perilaku mereka itu mencegah kita untuk melakukan yang seharusnya kita lakukan yaitu mendengar dan mentaati.
Gabung dalam percakapan