Orang Yang Beristirahat

 «عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ، فَقَالَ: (مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ). قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ؟ قَالَ: (الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ ‌يَسْتَرِيحُ ‌مِنْهُ العباد والبلاد، وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ)» رواه البخاري ومسلم

Dalam sebuah hadits yang diceritakan oleh sahabat Abu Qotadah Al-Anshori رضي الله عنه, bahwa suatu hari ada jenazah (yang dipikul) melewati Rasulullah ﷺ. Lalu beliau berkata, «مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ». Artinya: “orang yang beristirahat dan yang istirahat darinya”. Para sahabat bertanya, مَا المُسْتَرِيحُ وَالمُسْتَرَاحُ مِنْهُ؟ , Apakah maksud orang yang beristirahat dan yang istirahat darinya?, Beliau pun menjawab:

«العَبْدُ المُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ، وَالعَبْدُ الفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ العِبَادُ وَالبِلاَدُ، وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ» وراه البخاري (6512) ومسلم (950)

Seorang hamba yang Mukmin beristirahat dari kepayahan dan gangguan dunia menuju rahmat Allâh. Sedangkan hamba yang fajir (jahat), maka banyak manusia, bumi, pepohonan, dan binatang, beristirahat darinya”

Di dalam hadis ini menjelaskan tentang keadaan manusia setelah kematian. Di perjalanan akhir dunia in, di antara mereka ada yang شقي atau سعيد, sengsara atau bahagia, ada yang مستريح atau مستراح منه, antara ia beristirahat atau orang lain beristirahat dari dirinya.

Orang yang di akhir hidupnya sebagai مستريح, dia akan beristirahat mendapatkan ketenangan, beristirahat dari kelelahan dan kepenatan dunia ini. Tapi orang yang مستراح منه, yang mendapatkan ketenangan adalah orang-orang yang ada di sekitarnya, manusia, hewan, pepohonan dan negeri mendapatkan ketenangan. Orang yang hidup dengan penuh kezaliman kemaksiatan alam pun bersukacita atas kepergiannya.

Hadits ini juga menjelaskan bahwa seorang muslim diletakkan di hadapannya pilihan, maka ia bisa memilih untuk dirinya apa yang ia sukai dan beramal dan bersungguh-sungguh sampai ia jadi orang yang مستريح, orang yang beristirahat mendapatkan ketenangan di kehidupan akhirat. Karena waktu istirahatnya adalah saat ajal datang. Karena kehidupan dunia ini bukanlah tempat beristirahat tetapi ini adalah tempat beramal. 

Seorang mukmin, obsesi dan orientasinya dalam seluruh aspek kehidupannya adalah untuk menggapai keridhaan Allah تعالى. Ia beribadah, menuntut ilmu, melaksanakan aktivitas sehari-hari, bekerja, berumah tangga, membantu orang lain, bersosialisasi, berpolitik dan lain sebagainya, dengan tujuan ridho Allah تعالى. Menjadikan itu semua sebagai ladang kebaikan. Seorang mukmin tidak akan pernah merasa “puas” dan berhenti untuk melakukan kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda,

لَنْ يَشْبَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الجَنَّةُ. رواه الترمذي (2686)

Seorang mukmin tidak akan merasa puas (kenyang) dengan kebaikan yang dia dengar, sehingga akhir kesudahannya adalah surga.

Dunia bagi seorang mukmin adalah ibarat penjara. Artinya, jika seorang Mukmin meninggal dunia berarti dia terbebas dari penjara tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda,

«الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ» رواه مسلم (2956)

“Dunia itu penjara seorang mukmin dan surga orang kafir”.

Imam Nawawi رحمه الله menjelaskan hadits ini dengan perkataan, 

«مَعْنَاهُ أَنَّ كُلَّ مُؤْمِنٍ مَسْجُونٌ مَمْنُوعٌ فِي الدُّنْيَا مِنَ الشَّهَوَاتِ الْمُحَرَّمَةِ وَالْمَكْرُوهَةِ مُكَلَّفٌ بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ الشَّاقَّةِ فَإِذَا مَاتَ اسْتَرَاحَ مِنْ هَذَا وَانْقَلَبَ إِلَى مَا أَعَدَّ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ مِنَ النَّعِيمِ الدَّائِمِ وَالرَّاحَةُ الْخَالِصَةُ مِنَ النُّقْصَانِ وَأَمَّا الْكَافِرُ فَإِنَّمَا لَهُ مِنْ ذَلِكَ مَا حَصَّلَ فِي الدُّنْيَا مَعَ قِلَّتِهِ وَتَكْدِيرِهِ بِالْمُنَغِّصَاتِ فَإِذَا مَاتَ صَارَ إِلَى الْعَذَابِ الدَّائِمِ وَشَقَاءِ الْأَبَدِ» «شرح النووي على مسلم» (18/ 93)

“Maknanya bahwa semua orang Mukmin di dunia ini dipenjara atau dilarang dari syahwat-syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan, dibebani dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan yang berat. Maka jika dia telah meninggal dunia, dia istirahat dari ini, dan dia kembali menuju perkara yang telah dijanjikan oleh Allâh تعالى untuknya, berupa kenikmatan abadi dan istirahat yang bebas dari kekurangan. Sedangkan orang kafir, maka dia mendapatkan kenikmatan di dunia, walau sebenarnya kenikmatan itu sedikit dan disusahkan dengan perkara-perkara yang menyusahkan. Jika dia mati, dia menuju siksaan abadi dan kecelakaan yang kekal”. [Syarh Nawawi pada Shahih Muslim, no. 2956]

Dunia ini adalah laksana sawah tempat bercocok tanam, menabur benih-benih amal. Jika ia menanam kebaikan, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Jika menanam keburukan, maka ia kan mendapatkan keburukan. Sedangkan akhirat adalah pembalasan atas apa yang ditanam di dunia. Antar ia menuju surga Allah yang luas yang penuh kenikmatan, ketenangan dan kedamaian. Atau menuju api neraka, di dalamnya kelelahan dan kesengsaraan.

Rasulullah ﷺ menuntun kita dalam doa, agar diperbaiki segala urusan dunia dan akhirat. Yang layak jadi wirid dalam doa kita.

«اللهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ» رواه مسلم (2720)

Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai (ishmah) benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai kebebasanku dari segala keburukan.



guru ngaji & bahasa arab