Pekerja Berat Membatalkan Puasa

Di dalam kitab Bugyatul Mustarsyidin (بغية المسترشدين) disebutkan:

Tidak boleh membatalkan puasa bagi orang seperti pengetam, pemetik kurma dan pembajak tanah (kerja berat) kecuali memenuhi syarat. Syarat tersebut jumlahnya ada enam, sebagaimana yang diketahui dari ungkapan para fuqoha:
  1. Tidak mungkin menundanya pada bulan Syawal
  2. Pekerjaan tersebut sulit dilakukan pada malam hari, atau tidak memadai (jika di lakukan pada malam hari) sehingga mengakibatkan kerusakan atau berkurangnya harga meski tidak dianggap mendatangkan kerugian 
  3. Dengan berpuasa dia merasakan penderitaan yang pada umumnya tidak bisa bertahan lagi, dengan gambaran penderitaan tersebut mencapai pada ambang batas yang diperbolehkan tayamum atau diperbolehkan duduk ketika melakukan sholat fardhu. Hal ini berbeda dengan pendapat Ibnu Hajar 
  4. Pada malam harinya ia tetap berniat puasa dan pagi hari nya juga dalam keadaan berpuasa, ia tidak boleh membatalkan puasanya kecuali benar-benar terjadi uzur.
  5. Pembatalan puasa tersebut harus diniati melakukan rukhshoh, agar ada perbedaan antara pembatalan yang di perbolehkan dengan pembatalan yang lainnya, sebagaimana orang yang sakit ketika ingin membatalkan puasa, maka harus disertai niat untuk mendapatkan ruhshoh.
  6. Tidak bermaksud menjadikan pekerjaan dan penderitaan tersebut semata mata untuk perantara agar mendapatkan rukhshoh (toleransi/keringanan) dan ketika ada maksud seperti itu maka ia tidak diperbolehkan melakukan pembatalan puasa, sebagaimana seorang musafir yang punya tujuan agar dengan bepergiannya itu ia bisa mendapatkan rukhshoh .
Dengan demikian ,jika syarat-syarat di atas di penuhi, maka di perbolehkan baginya membatalkan puasa, baik pekerja tersebut untuk dirinya ataupun untuk orang lain dan meskipun ia bukan satu satunya orang yang harus menyelesaikan pekerjaan tersebut dan masih bisa menemukan orang lain yang sanggup melakukannya .

مسالة: لا يجوز الفطر لنحو الحصاد وجَذاذ النخل والحِرَاث إلا إن اجتمعت فيه الشروط، وحاصلها كما يعلم من كلامهم ستة: 

  • ألَّا يمكن تأخير العمل إلى شوال
  • وأن يتعذر العمل ليلا أو لم يغنِهِ ذلك فيؤدى إلى تَلَفِه أو نفصه نقصا لا يتغابن به 
  • وأن يشق عليه الصوم مشقة لا تُحتمَل عادة بأن تبيح التيمم أو الجلوس في الفرض خلافا لابن حجر 
  • وأن ينوي ليلا ويصبح صائما فلا يفطر إلا عند وجود العذر 
  • وأن ينوي الترخص بالفطر ليمتاز الفطر المباح عن غيره كمريض أراد الفطر للمرض، فلا بد أن ينوي بفطره الرخصة أيضا 
  • وأن لا يقصد ذلك العملَ وتكليفَ نفسه لمحض الترخص بالفطر، وإلا امتنع كمسافر قصد بسفره مجرد الرخصة

فحيث وجدت هذه الشروط أبيح الفطر سواء كان لنفسه أو لغيره وإن لم يتعين ووجد غيره، وإن فقد شرط أثم إثما عظيما ووجب نهيه وتعزيره لما ورد أن من أفطر يوما من رمضان بغير عذر لم يُغنِه عنه صوم الدهر.

Ifthar Ramadhan
guru ngaji & bahasa arab