Nikmat Mata

Sesungguhnya nikmat Allah ta’ala tidak terhingga dan tidak terhitung. 

﴿‌وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا﴾ [إبراهيم: 34]

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” 

Di antara nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada kita adalah nikmat mata. Nikmat memandang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

﴿أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ﴾ [البلد: 8]

“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata.” 

Allah Ta’ala juga berfirman,

﴿وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ ‌مِنْ ‌بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴾ [النحل: 78]

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” 

Nikmat mata dan penglihatan sungguh sangat besar, di dalam syariat hudud, ketika seseorang menghilangkan atau merusak mata orang lain, maka ia akan di qoshoh atau membayar diyat.

Orang yang diuji dengan hilangnya nikmat ini dari tubuhnya, mengalami kebutaan, lalu ia bersabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ ‌عَبْدِي ‌بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ» «صحيح البخاري» (5329)

Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (kedua matanya), kemudian ia bersabar, niscaya Aku menggantikan keduanya (kedua matanya) dengan surga.

Mata dan nikmat-nikmat lainnya, Allah ciptakan untuk digunakan untuk melaksanakan perintah Allah ta’ala dan pada suatu yang diperbolehkan. Dan menjauhkannya dari perbuatan-perbuatan yang haram. Allah ta’ala akan bertanya tentang nikmat-nikmat tersebut. 

﴿‌وَلَا ‌تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا﴾ [الإسراء: 36]

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Di antar bentuk syukur kepada Allah terhadap nikmat mata adalah menggunakan mata pada sesuatu yang dicintai Allah ta’ala, dan menjauhkannya dari yang dibencinya. Dengan mata, ada hal yang mesti dilihat dan mendatangkan pahala, ada pula yang mesti dijauhi, karena akan mendatangkan dosa dan kebencian Allah ta’ala.

Pandangan harus dijaga dari melihat yang diharamkan, menjaganya dari melihat aurat laki-laki maupun perempuan.

﴿قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ ‌يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (٣٠) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ﴾ [النور: 30-31]

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,

Pandangan juga harus jaga dari melihat dengan penghinaan, merendahkan orang lain, pandangan yang disertai hasad dalam hati. Tetapi hendaklah ia mendoakan keberkahan, untuk menghindari penyakit AIN. Nabi ﷺ bersabda,

«إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ، أَوْ مِنْ نَفْسِهِ، أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ، فَلْيُبَرِّكْهُ ‌فَإِنَّ ‌الْعَيْنَ ‌حَقٌّ» «مسند أحمد» (15700)

jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya atau hartanya suatu hal yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar adanya.

Ketika pandangan diletakkan pada kebaikan, ia akan mendatangkan pahala. Ketika seseorang membaca al-Qur’an, melihat huruf-huruf dalam mushaf, maka satu huruf, pahalanya adalah sepuluh kebaikan. Imam an-Nawawi dalam al-Majmu’ berkata, 

«‌الْقِرَاءَةُ ‌فِي ‌الْمُصْحَفِ أَفْضَلُ مِنْ الْقِرَاءَةِ عَنْ ظَهْرِ الْقَلْبِ لِأَنَّهَا تَجْمَعُ الْقِرَاءَةَ وَالنَّظَرَ فِي الْمُصْحَفِ وَهُوَ عِبَادَةٌ أُخْرَى» «المجموع شرح المهذب» (2/ 166 ط المنيرية)

Membaca Al-Qur’an dengan melihat mushaf lebih baik dari hanya sekedar membaca dari hafalan saja, karena terkumpul dalamnya kebaikan membaca dan melihat mushaf, karena itu adalah ibadah.

Semestinya mata juga dipergunakan untuk melihat kebesaran Allah ta’ala dari alam semesta. Tanda-tanda kekuasaan yang menunjukkan keagungan dan keesaan Allah ta’ala.

﴿الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (٣) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (٤)﴾ [الملك: 3-4]

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.

Ada mata yang tidak disentuh neraka, seperti dalam hadits:

«‌عَيْنَانِ ‌لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» «سنن الترمذي» (1639)

Dua mata yang tidak disentuh neraka, mata yang menangis karena takut pada Allah, dan mata yang terjaga di jalan Allah.

Tentang mata ini, masih banyak untuk diuraikan, tapi puncaknya adalah kebaikan terindah bagi seorang mukmin saat bertemu dengan Allah ta’ala.

‌إِنَّكُمْ ‌سَتَرَوْنَ ‌رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ، لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ - البخاري ومسلم

Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesak-desakan dalam melihat-Nya



guru ngaji & bahasa arab