Natal dan Tauhid
Sebagaimana kita ketahui, di setiap akhir tahun masehi, kita melihat perayaan hari besar Nasrani, natal dan tahun baru. Kita dipertontonkan seputar perayaan tersebut, baik secara terbuka maupun tertutup.
Kita sebagai seorang muslim, yang terus berusaha memperbaiki keimanan kita, harus menghindari hari raya agama di luar Islam.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai (tasyabbuh) suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” HR. Ahmad dan Abu Daud
Allamah Ibn Hajar Al-Haitami mengatakan dalam al-Fatawa Fiqhiyyatul Kubra:
«وَمِنْ أَقْبَحِ الْبِدَعِ مُوَافَقَةُ الْمُسْلِمِينَ النَّصَارَى فِي أَعْيَادِهِمْ بِالتَّشَبُّهِ بِأَكْلِهِمْ وَالْهَدِيَّةِ لَهُمْ وَقَبُولِ هَدِيَّتِهِمْ فِيهِ» «الفتاوى الفقهية الكبرى» (4/ 239)
"Di antara bid'ah yang sangat buruk adalah persetujuan kaum muslimin atas perayaan hari raya Nasrani dengan menyerupai mereka dalam memakan makanan khas mereka, memberi hadiah kepada mereka, dan menerima hadiah dari mereka pada hari raya mereka."
Sayyiduna Umar bin Khattab berpesan tentang hal ini,
«وَلَا تَدْخُلُوا عَلَى الْمُشْرِكِينَ فِي كَنَائِسِهِمْ يَوْمَ عِيدِهِمْ، فَإِنَّ السَّخْطَةَ تَنْزِلُ عَلَيْهِمْ» «السنن الكبرى - البيهقي»
Janganlah kalian memasuki (perkumpulan) kaum Musyrik dalam hari raya mereka di gereja-gereja mereka. Karena murka Allah akan diturunkan kepada mereka.”
Di saat-saat seperti ini, marilah kita merenungkan firman Allah ta’ala dalam surat Maryam, tentang ancaman menyekutukan Allah,
﴿وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (٨٨) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (٩٠) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (٩١) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (٩٢)﴾ [مريم: 90-92]
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." ** Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar ** hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, ** karena mereka menda'wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. ** Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
Dari sini, kita belajar tentang pentingnya tauhid bagi seorang muslim. Mempelajarinya, memperkuatnya di dalam hati dan perbuatan.
Tauhid adalah hal yang prioritas bagi orang-orang shaleh. Ia adalah inti dakwah para Nabi dan Rasul. Nabi kita ﷺ memulai dakwahnya dengan sabda beliau,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، تُفْلِحُوا
“Wahai sekalian manusia, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalian akan mendapat kesuksesan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Sedangkan larangan pertama yang terdapat dalam Alquran adalah lawan dari tauhid ini, yaitu syirik. Allah Ta’ala berfirman, yang ayat ini merupakan larangan pertama yang ada di dalam Alquran.
﴿الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: 22]
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Quran Al-Baqarah: 22].
Dan tauhid juga merupakan hal yang terakhir dalam kehidupan orang-orang yang beriman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Ingatkanlah (talqinkanlah) pada orang yang akan meninggal dunia di antara kalian dengan kalimat laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah).” (HR. Muslim)
Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.»
“Barang siapa yang akhir ucapannya La ilaaha Illallah maka dia masuk jannah (surga)”
Gabung dalam percakapan