Apakah Halaman Masjid Termasuk Masjid?

Definisi Masjid

Dalam kitab ِAl-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, disebutkan definisi masjid,

1. Secara Bahasa (Etimologi)

الْمَسْجِدُ فِي اللُّغَةِ: بَيْتُ الصَّلَاةِ، وَمَوْضِعُ السُّجُودِ مِنْ بَدَنِ الإِنْسَانِ

Masjid secara bahasa adalah tempat shalat dan tempat sujud dari badan manusia

2. Secara Istilah (Terminilogi)

أَنَّهَا الْبُيُوتُ الْمَبْنِيَّةُ لِلصَّلَاةِ فِيهَا لِلَّهِ فَهِيَ خَالِصَةٌ لَهُ سُبْحَانَهُ وَلِعِبَادَتِهِ

Masjid adalah rumah yang dibangun untuk shalat murni untuk Allah ta’ala dan beribadah kepada-Nya.

Bagian-bagian yang bersambung dengan masjid, seperti halaman, ruang belajar, tempat wudhu’ dan lainnya. Apakah dikategorikan sebagai masjid? Yang akan berpengaruh pada beberapa  hukum yang terkait dengan masjid seperti itikaf, transaksi jual beli, dan lainnya.

Hukum tentang masalah ini, kita bisa lihat pada perbedaan ulama tentang rahbatul masjid (رحبة المسجد) apakah termasuk bagian dari masjid?

Definisi dan hukum rahbah (رحبة المسجد) atau halaman masjid dalam mazhab Syafi’i

Imam An-Nawawi menyebutkan,

وَرَحْبَةُ الْمَسْجِدِ هِيَ الْبِنَاءُ الْمَبْنِيُّ لَهُ حَوْلَهُ ‌مُتَّصِلًا ‌بِهِ «المجموع شرح المهذب» (4/ 303)

Rahbatul masjid adalah bangunan yang bersambung di sekitar masjid.

الْمُرَادُ بِالرَّحْبَةِ مَا كَانَ ‌مُضَافًا ‌إلَى ‌الْمَسْجِدِ مُحَجَّرًا عَلَيْهِ قالا والرجبة مِنْ الْمَسْجِدِ «المجموع شرح المهذب» (6/ 507)

Yang dimaksud dengan rahbatul masjid adalah sesuatu melekat pada bangunan masjid dan berada di dalam pagar masjid. Rahbatul masjid adalah bagian dari masjid.

Rahbah atau halaman masjid berlaku hukum i’tikaf dan larangan bagi orang junub, disebutkan dalam Al-Majmu’

وَقَدْ نَصَّ الشَّافِعِيُّ عَلَى صِحَّةِ الِاعْتِكَافِ فِي الرَّحْبَةِ «المجموع شرح المهذب» (6/ 507)

Nash dari Imam Syafi’i bahwa sahnya i’tikaf dalam rahbatul masjid

‌وَالرَّحْبَةُ ‌كَالْمَسْجِدِ فِي التَّحْرِيمِ عَلَى الْجُنُبِ «المجموع شرح المهذب» (3/ 105)

Rahbah sama dengan masjid dalam larangan bagi orang yang junub.

Tidak termasuk dalam masjid adalah harimul masjid (حريم المسجد) 

لِأَنَّ حَرِيمَ الْمَسْجِدِ لَا يَثْبُتُ ‌لَهُ ‌حُكْمُ ‌الْمَسْجِدِ فِي صِحَّةِ الِاعْتِكَافِ فِيهِ وَتَحْرِيمِ الْمُكْثِ فِيهِ عَلَى الْجُنُبِ «المجموع شرح المهذب» (6/ 506)

Harimul masjid tidak ditetapkan padanya hukum masjid, dalam sahnya i’tikaf dan larangan berdiam bagi orang yang junub.

Apa itu harimul masjid ?

وَحَرِيمُهُ ‌الْمَوْضِعُ ‌الْمُتَّصِلُ ‌بِهِ الْمُهَيَّأُ لِمَصْلَحَتِهِ كَانْصِبَابِ الْمَاءِ إلَيْهِ وَطَرْحِ الْقُمَامَاتِ فِيهِ «المجموع شرح المهذب» (4/ 307)

Harimul masjid adalah area yang bersambung dengan masjid yang dipersiapkan untuk kemaslahatan masjid, seperti tempat jatuhnya air dan membuang sampah.

Di dalam I’anatuh At-Tholibin, disebutkan bagaimana cara melihat masjid yang memiliki rahbah dan harim. Syaikh Abu Bakr Ad-Dimyathi (wafat: 1300 H) menyebutkan,

وصورتها: أن يقف الإنسان بقعة محدودة مسجدا، ثم يترك منها قطعة أمام الباب، فإن لم يترك شيئا لم يكن له رحبة، وكان له حريم. أما لو وقف دارا محفوفة بالدور مسجدا فهذا لا رحبة له ولا حريم، بخلاف ما إذا كان بجانبها موات، فإنه يتصور أن يكون له رحبة وحريم «إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين» (2/ 33)

Gambarannya adalah seseorang mewakafkan tanah dengan batas sebagai masjid, kemudian menyisakan sebagian kecil di depan pintu. Jika ia tidak menyisakan sesuatu, maka masjid itu tidak memiliki rahbah, tapi memiliki harim. Adapun jika mewakafkan rumah yang dikelilingi oleh rumah-rumah, maka ini tidak memiliki rahbah dan harim. Berbeda jika di sampingnya ada tangah kosong, maka akan tergambar ia memiliki rahbah dan harim.

Rahbatul masjid dalam pandangan fuqoha’

Disebutkan dalam Al-Masu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah,

أَمَّا ‌رَحْبَةُ ‌الْمَسْجِدِ، وَهِيَ سَاحَتُهُ الَّتِي زِيدَتْ بِالْقُرْبِ مِنَ الْمَسْجِدِ لِتَوْسِعَتِهِ، وَكَانَتْ مُحَجَّرًا عَلَيْهَا، فَاَلَّذِي يُفْهَمُ مِنْ كَلَامِ الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ فِي الصَّحِيحِ مِنَ الْمَذْهَبِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مِنَ الْمَسْجِدِ، وَمُقَابِل الصَّحِيحِ عِنْدَهُمْ أَنَّهَا مِنَ الْمَسْجِدِ، وَجَمَعَ أَبُو يَعْلَى بَيْنَ الرِّوَايَتَيْنِ بِأَنَّ الرَّحْبَةَ الْمَحُوطَةَ وَعَلَيْهَا بَابٌ هِيَ مِنَ الْمَسْجِدِ. وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّ ‌رَحْبَةَ ‌الْمَسْجِدِ مِنَ الْمَسْجِدِ «الموسوعة الفقهية الكويتية» (5/ 224)

Rahbatul masjid adalah halaman masjid yang ditambahkan di dekat masjid untuk memperluasnya, berada dalam pagar masjid. Yang dipahami dari ungkapan mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali yang shahih dalam pendapat mazhab bahwa rahbah tidak termasuk masjid. Pendapat lainnya adalah termasuk masjid. Abu Ya’la menggabungkan antara dua riwayat, bahwa rahbah yang dipagar dan memiliki pintu, maka itu termasuk masjid. Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa rahbah termasuk dalam masjid.

Pembahasan tentang ini juga ada di sini

guru ngaji & bahasa arab