Jumlah Kain Kafan Mayat
Disebutkan dalam Matan Abi Syuja’
«ويكفن في ثلاثة أثواب بيض ليس فيها قميص ولا عمامة»
“Mayat dikafankan dengan tiga lapis kain putih tanpa gamis dan sorban.”
Jumlah Kain Kafan
Membaca beberapa teks kitab-kitab Syafi’iyyah, ada beberapa ketentuan dalam jumlah kain kafan.
Untuk laki-laki:
- 3 Lapis, terdiri dari 3 kain dengan ukuran sama
- 3 Lapis, terdiri dari 1 kain dengan ukuran sama, sarung, dan kain dari leher ke tumit
- 3 Lapis, terdiri dari 2 lapis dan sarung, sarung dari pusar sampai lututnya, yang kedua dari leher sampai tumit, yang ketiga menutupi seluruh badan
- 5 Lapis, terdiri dari 3 kain dengan ukuran sama, baju, dan sorban
- 5 Lapis, terdiri dari 2 kain dengan ukuran sama, sarung, baju, dan sorban
Untuk perempuan:
- 3 Lapis, terdiri dari 3 kain dengan ukuran sama
- 5 Lapis, terdiri dari 2 kain dengan ukuran sama, sarung, baju, dan kerudung
- 5 Lapis, terdiri dari 3 kain dengan ukuran sama, sarung, dan kerudung
Adapun ukuran paling kurang adalah 1 lapis kain yang menutup aurat. Sunah dan lebih afdhol menggunakan kain berwarna putih.
Di bawah ini kutipan dari beberapa kitab yang menjelaskan tentang jumlah kain kafan yang digunakan.
Muhammad bin Qosim Al-Izzi (wafat: 918 H) menjelaskan,
(ويكفن) الميت، ذكرا كان أو أنثى، بالغا كان أو لَا (في ثلاثة أثواب بيض)، وتكون كلها لفائف متساوية طولا وعرضا، تستر كل واحدة منها جميعَ البدن (ليس فيها قميص ولا عمامة). وإن كفن الذكر في خمسة فهي الثلاثة المذكورة وقميص وعمامة، أو المرأة في خمسة، فهي إزار وخمار وقميص ولفافتان. وأقل الكفن ثوب واحد يستر عورة الميت على الأصح «فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب» (ص113)
Mayat dikafani, baik laki maupun perempuan, balig maupun tidak, dengan 3 kain putih. Seluruh kain berukuran sama, panjang dan lebarnya, setiap lapisan menutup seluruh badan. Tidak ditambahkan dengan baju dan sorban. Jika mayat laki dikafani dengan 5 lapis, maka terdiri dari 3 yang disebutkan, baju dan sorban. Jika mayat perempuan dikafani dengan 5 lapis, maka terdiri dari sarung, kerudung, baju, dan 2 lapis yang sama. Kafan paling kurang adalah 1 lapis yang menutup aurat, menurut pendapat yang lebih shahih.
Syaikh Ibrahim Al-Bajury (wafat: 1276 H) menyebutkan,
فإن لم يقتصر عليها جاز لفافتان وإزار وقميص وعمامة في الرجل «حاشية الباجوري» (ص475)
Jika tidak mencukupkan dengan itu, maka boleh dengan 2 lapis sama, sarung, baju, dan sorban untuk laki-laki
Imam Taqiyuddin Al-Hishni (wafat: 829) berkata,
«وَأما الْكَفَن فأقله ثوب وَاحِد فِي حق الرجل وَالْمَرْأَة» «كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار» (ص159)
Paling kurang kain kafan terdiri dari 1 kain untuk laki-laki dan perempuan.
Imam Taqiyuddin Al-Hishni (wafat: 829) berkata,
«وَيسْتَحب أَن يُكفن الرجل فِي ثَلَاثَة أَثوَاب وأفضلها الْبيَاض وَلَا يكون فِيهَا قَمِيص وَلَا عِمَامَة بل إِزَار ولفافتان فالإزار من سرته إِلَى ركبته وَالثَّانِي من عُنُقه إِلَى كَعبه وَالثَّالِث يستر جَمِيع بدنه وَأما الْمَرْأَة فَفِي خَمْسَة أَثوَاب إِزَار وخمار وقميص ولفافتان وَهَذِه الْأُمُور ثَابِتَة بِالسنةِ» «كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار» (ص162)
Disunahkan untuk kafan laki-laki 3 helai baju, lebih utama yang putih, tanpa baju dan sorban. Tetapi terdiri dari sarung dan dua lapis, adapun sarung dari pusar sampai lututnya, yang kedua dari leher sampai tumit, yang ketiga menutupi seluruh badan. Adapun perempuan dengan 5 kain: sarung, kerudung, baju, dan dua lapis. Ini semua ada dalam sunah Nabi.
Imam Al-Khotib As-Syarbiny (wafat: 977 H) dalam kitabnya,
«(وَمَنْ كُفِّنَ مِنْهُمَا) أَيْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى، وَالْخُنْثَى مُلْحَقٌ بِهَا كَمَا مَرَّ (بِثَلَاثَةٍ فَهِيَ) كُلُّهَا (لَفَائِفٌ) مُتَسَاوِيَةٌ طُولًا وَعَرْضًا يَعُمُّ كُلٌّ مِنْهَا جَمِيعَ الْبَدَنِ غَيْرَ رَأْسِ الْمُحْرِمِ وَوَجْهِ الْمُحْرِمَةِ كَمَا سَيَأْتِي، وَقِيلَ تَكُونُ مُتَفَاوِتَةً، فَالْأَسْفَلُ مِنْ سُرَّتِهِ إلَى رُكْبَتِهِ، وَهُوَ الْمُسَمَّى بِالْإِزَارِ. وَالثَّانِي مِنْ عُنُقِهِ إلَى كَعْبِهِ، وَالثَّالِثُ يَسْتُرُ جَمِيعَ بَدَنِهِ (وَإِنْ كُفِّنَ) ذَكَرٌ (فِي خَمْسَةٍ زِيدَ قَمِيصٌ) إنْ لَمْ يَكُنْ مُحْرِمًا (وَعِمَامَةٌ تَحْتَهُنَّ) أَيْ اللَّفَائِفِ اقْتِدَاءً بِفِعْلِ ابْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا -. أَمَّا الْمُحْرِمُ فَإِنَّهُ لَا يُلْبَسُ مَخِيطًا (وَإِنْ كُفِّنَتْ) أَيْ امْرَأَةٌ (فِي خَمْسَةٍ فَإِزَارٌ) أَوَّلًا، وَمَرَّ تَعْرِيفُهُ، وَيُقَالُ لَهُ مِئْزَرٌ أَيْضًا (وَخِمَارٌ) وَهُوَ مَا يُغَطَّى بِهِ الرَّأْسُ (وَقَمِيصٌ) قَبْلَ الْخِمَارِ (وَلِفَافَتَانِ) بَعْدَ ذَلِكَ؛ لِأَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَفَّنَ فِيهَا ابْنَتَهُ أُمَّ كُلْثُومٍ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا -، رَوَاهُ أَبُو دَاوُد (وَفِي قَوْلٍ ثَلَاثُ لَفَائِفَ وَإِزَارٌ وَخِمَارٌ) فَاللِّفَافَةُ الثَّالِثَةُ بَدَلُ الْقَمِيصِ؛ لِأَنَّ الْخَمْسَةَ لَهَا كَالثَّلَاثَةِ لِلرَّجُلِ، وَالْقَمِيصُ لَمْ يَكُنْ فِي كَفَنِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -» «مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج» (2/ 16)
Barang siapa dikafani, laki maupun perempuan, dengan 3 kain, maka seluruhnya adalah ukuran yang sama panjang dan lebarnya yang menutup seluruh badan, kecuali untuk yang berihram (kepala untuk laki-laki dan wajah untuk perempuan). Pendapat lainnya adalah lapisan dengan ukuran berbeda, yang paling bawah kain dari pusar ke lututnya (sarung), kedua: dari leher ke tumit, ketiga: menutup seluruh badan.
Jika laki-laki dikafani dengan 5 lapis, ditambahkan baju, sorban di bawah lapisan-lapisan, jika ia bukan berihram, mengikuti perbuatan Ibnu Umar ra. Yang berihram tidak dikafani dengan yang berjahit.
Jika perempuan dikafani dengan 5 lapis, sarung lebih dahulu, kerudung (penutup kepala), baju sebelum kerudung, dan dua lapis. Karena Nabi ﷺ mengkafani putrinya Ummu Kultsum ra seperti itu, diriwayatkan oleh Abu Daud. Pendapat lainnya, 3 Lapis, sarung dan kerudung, lapisan ketiga adalah pengganti baju, karena lima seperti tiga untuk laki-laki. Nabi ﷺ tidak dikafani dengan baju.
Yang perlu diperhatikan dalam kain kafan:
Di dalam Hasyiyah Al-Bajury:
ويسن أن يكفن بمغسول لا جديد لأنه للصديد وأن يذر على الكفن وعلى الميت حنوط وهو نوع من الطيب وأن تشد ألياه بخرقة وأن يجعل على منافذه ومحال سجوده قطن عليه حنوط وأن يشد على الكفن بشَدَاد خوف الانتشار عند الحمل إلا أن يكون محرما فلا يشد، ويحل الشداد في القبر وكره مغالاة في الكفن
Disunahkan kafan dari yang sudah dicuci bukan yang baru, karena akan terkena nanah. Menaburkan di atas kapan dan mayat hanut (sejenis minyak wangi). Mengikat/menutup pantatnya dengan kain. Meletakkan di setiap lubang dan tempat sujud kapas yang ditaruhkan hanut. Kapan diikat dengan pengikat, khawatir terbuka ketika dibawa, kecuali orang muhrim (ihram haji) tidak diikat. Pengikat dibuka di dalam kubur. Makruh berlebihan dalam menggunakan kafan.
#fiqih-syafi'i
Gabung dalam percakapan