Mengajari Anak Siroh Nabi
Generasi awal dari umat ini tidak pernah lupa mengajarkan kepada anak-anak mereka bagaimana kehidupan Rasulullah ﷺ, Ali bin Husain radhiyallohu anhuma berkata,
كُنَّا نُعَلَّمُ مَغَازِيَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا نُعَلَّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ - السيرة النبوية لابن كثير
“Kami mengajari al-maghazi (peperangan) Nabi ﷺ sebagaimana kami mengajari surat dalam Al-Qur’an.”
Ismail bin Muhammad bin Saad bin Abi Waqqash ra berkata,
كانَ أبِي يُعَلِّمُنَا مَغَازِي رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، ويَقُولُ: يَا بَنِيَّ هَذِهِ مَآثِرُ آبَائِكُمْ، فَلَا تُضَيِّعُوا ذِكْرَهَا - اللؤلؤ المكنون في سيرة النبي المأمون: 1
“Sesungguhnya ayah kami mengajarkan kepada kami tentang peperangan Rasulullah ﷺ, dan beliau berkata, wahai anakku, ini adalah peninggalan kakek-kakek kalian, maka jangan kamu sia-siakan.”
Mengapa kaum muslim wajib memperhatikan sirah Nabi ﷺ sebagaimana mereka memberikan perhatian pada al Qur’an?. Tidak lain karena sirah Rasulullah ﷺ berkaitan dengan berbagai tindakan dan aktivitas beliau, sehingga termasuk sebagian dari wahyu yang wajib kita jadikan pedoman.
{ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا} [الأحزاب: 21]
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Kita sudah sering mendengar anjuran meneladani sifat mulia Rasulullah ﷺ, kelembutan, pemaaf, penyayang, dan sifat bijaksana lainnya. Namun beliau bukan hanya teladan secara pribadi, namun juga teladan terbaik dalam mengubah peradaban masyarakat saat itu, masyarakat jahiliah, masyarakat yang larut dalam penyembahan berhala, sembahan nenek moyang mereka, perzinaan menjadi hal biasa, mabuk menjadi budaya, pembunuhan bayi perempuan karena takut kehinaan, memutuskan silaturrahim, Nabi ﷺ melakukan perubahan, perubahan menuju masyarakat yang bermartabat. Menegakkan syariat dan hukum Allah ta’ala.
Jalan yang beliau rintis inilah yang harus kita tempuh jika ingin memperbaiki diri dan memperbaiki masyarakat dan bangsa ini, mengganti peradaban ‘jahiliyyah modern’ saat ini. Allah swt berfirman:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف: 108]
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantungkan kebahagiaan dunia dan akhirat pada ittiba kepada beliau, dan menjadikan celaka di dunia dan akhirat disebabkan menentang beliau”. Zadul Ma’aad: 1/37
Gabung dalam percakapan