Rizki dan Tawakkal

Di dalam surat Az-Dzaariyat, Allah ta’ala berfirman,

{وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ} [الذاريات: 22]

“Dan di langit terdapat rezeki kalian dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepada kalian”

Tentang ayat ini, kitab tafsir menyebutkan, Seorang Badui bertanya dan meminta kepada Al-Ahsma’i rahimahullah untuk membacakan ayat. Lalu beliau membaca surat Ad-Dzariyaat. Tak kala sampai pada ayat (وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ) Dan di langit terdapat rezeki kalian. Orang badui ini mengatakan, ‘cukup sampai disini’. Kemudian ia keluar mendekati ontanya yang ditambatkan di pintu masjid, kemudian menyembelihnya dan membagikannya kepada orang yang lalu lalang. Lalu ia kembali ke kampungnya, sambil mengatakan {وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ}. 

Al-Ashma’i melanjutkan, ketika musim haji, aku bertemu lagi  dengan badui itu, dalam keadaan kurus dan kuning. Ia memintaku untuk membacakan lagi surat tersebut. Ketika sampai pada ayat tersebut, ia berteriak dan berkata, (قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا), kami telah mendapati apa yang telah Allah janjikan kepada kami. Orang badui berkata, apakah ada ayat lain? Kemudian beliau membaca, 

{ فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ} [الذاريات: 23]

“Maka demi Rabbnya langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-bernar (akan terjadi) seperti perkataan yang kalian ucapkan.” (Adz-Dzariyat: 23)

Wajah Arab Badui itu mendadak berubah pucat. “Celakalah orang yang tidak memercayai Zat Yang Maha Perkasa, sehingga Dia sampai bersumpah seperti itu,” pekiknya. Adakah orang yang tidak memercayai Allah? Maka dia pun mengulang-ulang perkataan tadi hingga tubuhnya jatuh ke tanah dan meninggal dunia.

Allah ta’ala yang menetapkan dan membagikan rizki setiap makhluk-Nya. Tidak ada satupun dari makhluknya yang tidak mendapatkan rizkinya, sedikit maupun banyak, miskin atau kaya, sesuai dengan kadar Allah tentukan.

{إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا} [الإسراء: 30]

"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya"

Rizki setiap orang pastilah akan sampai kepadanya dimana pun ia berada dan dalam keadaan apapun, dengan cara yang Allah kehendaki. Oleh karena itu, jangan sampai kita tergesa-gesa (لا تستعجل) dalam mencari rikzi. Jangan mengambil sesuatu bukan hak milik kita, mencuri, korupsi, mengurangi timbangan, menipu dalam berdagang dan berbisnis. 

Dan ketahuilah, bahwa rizki bukan terbatas pada materi saja; uang, tabungan, perhiasan, rumah. Tapi rizki mencakup seluruh apa saja yang menopang kehidupan, baik materi atau pun yang lainnya. Kesehatan adalah rizki, istri yang sholehah adalah rizki, dicintai orang adalah rizki, dijauhi dari malapetaka adalah rizki, akhlak yang mulia adalah rizki.

Orang dalam hal ini, antara dua, antar kaya dan miskin. Harta berada dalam tingkatan bawah rizki, lebih tinggi dari itu adalah kesehatan dan keafiatan.

Manusia dalam mencari rizki terbagi menjadi dua:

Yang pertama: bersandar penuh pada materi dan melupakan Allah ta’ala. Yang ada dalam jiwanya adalah dunia, tidak akan puas sampai ia mengakhiri dunia.

Yang kedua: berpangku tangan dan tidak mau berusaha.

Sedangkan seorang mukmin, antara bertawakkal kepada Allah ta’ala dan berusaha mencari sebab-sebab rizki, dengan penuh keyakinan apa yang ada disisi Allah kekal abadi dan tak akan pernah habis. 

Hatim Al-Ashomm rahimahullah pernah ditanya,

بما حققت التوكل على الله؟

“Bagaimana engkau bertawakkal kepada Allah?”

Beliau menjawab, dengan 4 hal.

علمت بأن رزقي لا يأخذه غيري فاطمأن قلبي، وعلمت بأن عملي لا يتقنه غيري فاشتغلت به، وعلمت بأن الموت ينتظرني فأعددت الزاد للقاء الله، وعلمت بأن الله مطلع علي فاستحييت أن يراني على معصيته.

Aku mengetahui bahwa rizkiku tidak akan diambil oleh orang lain, maka hatiku menjadi tenang. Aku mengetahui bahwa amalku tidak akan dikerjakan oleh orang lian, maka aku menyibukkan diri dengannya. Aku mengetahui bahwa kematian menantiku, maka aku mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah, dan aku mengetahu bahwa Allah melihatku, maka kau malu dilihat dalam keadaan bermaksiat kepada-Nya.

Seorang muslim, dalam mencari karunia Allah ta’ala haruslah tetap dalam koridor ketaatan dan ibadah kepada Allah ta’ala, Sang Pemberi rizki. Rasulullah ﷺ bersabda,

أَنَّهُ لَا تَمُوتُ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا، وَإِنْ أَبْطَأَ عَلَيْهَا، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَأْخُذُوهُ بِمَعْصِيَةِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَتِهِ - مسند البزار = البحر الزخار (7/ 315)

“Tidak lah sebuah jiwa mati sampai ia menyempurnakan rizkinya, walau terlambat. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaiki dalam mencari karunia Allah. Jangan sampai terlambatnya rizki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak didapatkan kecuali dengan ketaatan.”


guru ngaji & bahasa arab