Thuma’ninah Dalam Shalat
Thuma’ninah dalam bahasa arabnya adalah طمأنينة secara bahasa memiliki arti tenang. Thuma’ninah adalah tenang setelah bergerak (سكون بعد حركة) . Disebutkan dalam al-mausu’ah al-fiqhiyyah al-kuwaitiyyah (27/72),
الطمأنينة هِيَ اسْتِقْرَارُ الأَعْضَاءِ زَمَنًا مَا
“Thuma’ninah adalah tenangnya anggota tubuh dalam waktu tertentu.”
Ukuran thuma’ninah paling kurang di dalam mazhab syafi’i adalah sperti yang dijelaskan dalam Al-Majmu’ tentang thuma’ninah dalam ruku’,
وَأَقَلُّهَا أَنْ يَمْكُثَ فِي هَيْئَةِ الرُّكُوعِ حَتَّى تَسْتَقِرَّ أَعْضَاؤُهُ وَتَنْفَصِلَ حَرَكَةُ هُوِيِّهِ عَنْ ارْتِفَاعِهِ مِنْ الرُّكُوعِ - «المجموع شرح المهذب» (٣/ ٤٠٩)
“Thuma’ninah paling kurang adalah berdiam ketika ruku, sampai tenang anggota badannya , dan terpisahnya gerakan turun dan naik.”
Di dalam mazhab Hanabilah, ada dua pendapat tentang ukuran paling kurang thuma’ninah. Pertama, tenang walaupun sebentar. Kedua, seukuran zikir wajib, seperti satu tasbih (سبحان الله) ketika ruku atau sujud. (al-mausu’ah al-fiqhiyyah al-kuwaitiyyah: 27/72)
Hukum thuma’ninah
الطمأنينة ركن أو شرط ركن عند الجمهور في الركوع والاعتدال منه، والسجود، والجلوس بين السجدتين، وواجب عند الحنفية - «الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي» (٢/ ٨٦١)
Thuma’ninah adalah rukun atau syarat rukun dalam pandangan jumhur ulama ketika ruku, ‘itidal, sujud dan duduk antara dua sujud. Pendapat Hanafiyah adalah wajib.
Yang dimaksud dengan syarat rukun adalah thuma’ninah dijadikan syarat dari rukun yang wajib di dalamnya thuma’ninah. Ini adalah pendapat sebagian Syafi’iyah. Sebagian lagi menjadikannya sebagai rukun terpisah.
Di Al-Majmu’ disebutkan,
وَتَجِبُ الطُّمَأْنِينَةُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالِاعْتِدَالِ مِنْ الرُّكُوعِ وَالْجُلُوسِ بين السجدتين - «المجموع شرح المهذب» (٣/ ٤١٠)
“Dan wajib thuma’ninah ketika ruku, sujud, ‘itidal dari ruku’ dan duduk antara dua sujud”
Dalil tentang wajibnya thuma’ninah adalah hadis yang terkenal dengan (حديث المسيء صلاته), yaitu hadis tentang orang yang salah dalam shalatnya.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ المَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَدَّ وَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ»، فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى، ثُمَّ جَاءَ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ» ثَلَاثًا، فَقَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ، فَعَلِّمْنِي، فَقَالَ: «إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا» - رواه البخاري ومسلم وغيرهما.
“Rasulullah ﷺ masuk masjid, kemudian seorang laki-laki masjid lalu shalat, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi ﷺ. Nabi pun menjawab salamnya dan bersaba, “kembali dan shalatlah, karena kamu belum melakukan shalat!” Lalu orang itu kembali dan mengulangi shalat seperti semula. Kemudian datang dan mengucapkan salam kepada Nabi ﷺ, beliau bersabda, “kembali dan shalatlah, karena kamu belum melakukan shalat!”, sampai tiga kali. Kemudian dia berkata, “Demi Demi Dzat yang mengutus anda dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari shalat seperti ini, maka ajarilah aku!” Nabi pun bersabda, “Jika kamu berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al-Qur’an. Kemudian ruku'-lah hingga benar-benar thuma'ninah dalam ruku', lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak (lurus), kemudian sujudlah sampai engkau thuma'ninah dalam sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga thuma'ninah dalam keadaan dudukmu. Kemudian lakukanlah semua itu di seluruh shalat (rakaat) mu”
Gabung dalam percakapan