Qunut Witir Dalam Mazhab Syafi'iyah
Di dalam mazhab Syafi’i qunut di shalat Subuh dan shalat witir di pertengahan kedua Ramadhan, hukumnya adalah sunah ab’adh (سنة أبعاض)
وسننها قبل الدخول فيها شيئان الأذان والإقامة وبعد الدخول فيها شيئان التشهد الأول والقنوت في الصبح وفي الوتر في النصف الثاني من شهر رمضان - متن أبي شجاع المسمى الغاية والتقريب
“Sunah-sunah sebelum melaksanakan shalat ada dua; adzan dan iqamah, sedangkan sunah-sunah ketika melaksanakan shalat ada dua; pertama adalah tasyahud awal dan kedua adalah qunut pada shalat Subuh dan shalat Witir di pertengahan bulan Ramadhan.”
Ini adalah sunah ab’adh (سنة أبعاض) yaitu sunah yang apabila ditinggalkan disunahkan untuk melakukan sujud sahwi.
Doa qunut bisa berbentuk doa apa saja. Disebutkan dalam Fathul Qorib,
ولا تتعين كلمات القنوت السابقة؛ فلو قنت بآية تتضمن دعاءً وقصد القنوت حصلت سنة القنوت. - فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب (ص: 80)
“Doa qunut tidak harus dengan doa yang telah disebutkan sebelumnya, seandainya qunut dengan ayat yang mengandung doa dan diniatkan sebagai qunut, maka telah diperoleh sunat qunut.”
Doa kunut yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah doa kunut yang dibaca ketika shalat witir. Ini berdasarkan hadis shahih dari cucu Rasulullah ﷺ, Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah ﷺ mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam shalat witir, yaitu
عَلَّمَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الوِتْرِ: اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ - وسنن الترمذي: 464، سنن النسائي: 1745
Disunahkan doa qunut ditutup dengan shalawat kepada Nabi, Di dalam Al-Azkar disebutkan,
ويستحبُّ أن يقولَ عقيب هذا الدعاء: اللَّهُمَّ صلِّ على محمد وعلى آل محمد وَسَلِّم؛ فقد جاء في رواية النسائي [رقم: 1746] في هذا الحديث بإسناد حسن: "وَصَلَى اللَّهُ على النَّبِيّ" - الأذكار للنووي ط ابن حزم (ص: 135)
“Disunahkan setelah doa ini (qunut) untuk membaca doa ini, “Allohumma sholli ‘ala Muahmmad wa ala ali Muhammmad wasallim”. Telah disebutkan dalam riwayat An-Nasa’ai [No. 1746] dalam hadis ini dengan sanad yang hasan: “Washollallohu ‘alan Nabi.”
Doa qunut bisa juga dengan doa qunut sayyidina Umar, atau qunut di atas ditambahkah dengan qunut sayyidina Umar. Disebutkan dalam Fathul Mu’in,
ويزيد فيه من مر قنوت عمر الذي كان يقنت به في الصبح - فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين (ص: 113)
“Doa qunut bisa ditambahkan dengan qunut sayyidina Umar yang beliau lakukan di shalat Subuh.“
Sebelumnya juga dalam Al-Azkar,
وإن قنت بما جاءَ عن عُمر بن الخطاب رضي الله عنه كان حسنًا وهو أنه قنت في الصبح بعد الركوع - الأذكار للنووي ط ابن حزم (ص: 135)
“Jika ia qunut dengan apa yang datang dari Umar bin Al-Khottob rodhiyallohu anhu, maka itu baik. Beliau qunut di shalat Subuh setelah ruku.”
Disunahkan bagi imam membaca qunut dengan jahhr (suara keras). Disebutkan dalam Fathul Mu’in,
وجهر به أي القنوت ندبا إمام ولو في السرية لا مأموم لم يسمعه ومنفرد فيسران به مطلقا. وأمن جهرا مأموم سمع قنوت إمامه للدعاء منه - فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين (ص: 114)
“Disunahkan bagi imam untuk menjahrkan (meninggikan suara) ketika qunut, walaupun di shalat sirr, bukan makmun yang tidak mendengarkannya dan orang yang sendiri, keduanya membacanya dengan sirr. Kemudian makmum mengaminkan dengan jahr doa tersebut.”
Mensirrkan (membaca dengan suara rendah) bagian qunut yang berisi pujian, yaitu dari fainnaka taqdhi sampai akhir. Masih di dalam Fathul Mu’in,
أما الثناء وهو: فإنك تقضي إلى آخره فيقوله سرا أما مأموم لم يسمعه أو سمع صوتا لا يفهمه فيقنت سرا. - فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين (ص: 114)
“Adapun pujian (bagia qunut yang berisi pujian), yaitu fainnaka taqdhi sampai akhir, dibaca dengan sir (suara rendah). Adapun makmun yang tidak mendengar qunut atau mendengar suara yang tidak dipahami, maka qunut dengan sirr.”
Gabung dalam percakapan