Posisi Imam Dan Arah Kepala Jenazah Pada Shalat Jenazah
Posisi imam pada shalat jenazah
Seorang imam berdiri dalam shalat jenazah searah dengan kepala kalau itu laki-laki. Kalau wanita searah di tengahnya.
Diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub radhiallahu’anhu, ia berkata:
صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا فَقَامَ عَلَيْهَا وَسَطَهَا - رواه البخاري (1331) ومسلم (964)
“Saya shalat di belakang Nabi sallallahu’alaihi wa sallam terhadap wanita yang meninggal karena nifasnya, kemudian beliau berdiri di tengahnya.”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (12701) dan Abu Dawud (3141), Abu Gholib Al-Khoyyat berkata:
شَهِدْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ صَلَّى عَلَى جِنَازَةِ رَجُلٍ فَقَامَ عِنْدَ رَأْسِهِ ، فَلَمَّا رُفِعَ أُتِيَ بِجِنَازَةِ امْرَأَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ أَوْ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقِيلَ لَهُ : يَا أَبَا حَمْزَةَ ، هَذِهِ جِنَازَةُ فُلَانَةَ ابْنَةِ فُلَانٍ ، فَصَلِّ عَلَيْهَا ، فَصَلَّى عَلَيْهَا فَقَامَ وَسَطَهَا ، وَفِينَا الْعَلَاءُ بْنُ زِيَادٍ الْعَدَوِيُّ ، فَلَمَّا رَأَى اخْتِلَافَ قِيَامِهِ عَلَى الرَّجُلِ وَالْمَرْأَةِ ، قَالَ : يَا أَبَا حَمْزَةَ ، هَكَذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ مِنْ الرَّجُلِ حَيْثُ قُمْتَ ، وَمِنْ الْمَرْأَةِ حَيْثُ قُمْتَ؟ قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا الْعَلَاءُ فَقَالَ : احْفَظُوا "
“Saya menyaksian Anas bin Malik menshalati jenazah laki-laki dan beliau berdiri searah dengan kepalanya. Ketika diangkat, datang jenazah wanita dari Quraisy atau dari Anshor. Dikatakan kepadanya, “Wahai Abu Hamzah, ini adalah jenazah fulanah binti fulan. Maka shalatkanlah ia. Kemudian beliau menshalatkannya dan berdiri searah tengahnya. Ditengah kita ada Ala’ bin Ziyad Al-Adawi. Ketika beliau melihat perbedaan berdirinya terhadap jenazah lelaki dan wanita beliau berkata, “Wahai Abu Hamzah, Apakah Rasulullah ﷺ berdiri (ketika shalat jenazah) lelaki seperti anda berdiri dan jenazah wanita seperti yang anda berdiri? Beliau (Anas) menjawab, “Ya. Kemudian Ala’ menoleh kepada kami dan mengatakan, “Jagalah (cara shalat seperti ini).”
Dalam kitab Syafi’iyah disebutkan, bahwa Imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah laki-laki, ini pendapat jumhur. Pendapat kedua adalah berdiri di dada jenazah laki-laki. Adapun untuk jenazah perempuan, posisi di tengah (pantat) jenazah.
ينْدب أَن يقف غير الْمَأْمُوم من إِمَام ومنفرد عِنْد رَأس ذكر وعجيزة غَيره من أُنْثَى وَخُنْثَى لِلِاتِّبَاعِ - الإقناع في حل ألفاظ أبي شجاع (1/ 202)
Disunahkan bagi selain makmum yakni imam dan orang yang shalat sendirian untuk berdiri di sisi kepala jenazah laki-laki dan di sisi pantat jenazah perempuan dan khuntsa karena ittibâ’.
السُّنَّةُ أَنْ يَقِفَ الْإِمَامُ عِنْدَ عَجِيزَةِ الْمَرْأَةِ بِلَا خِلَافٍ لِلْحَدِيثِ وَلِأَنَّهُ أَبْلُغُ فِي صِيَانَتِهَا عَنْ الْبَاقِينَ وَفِي الرَّجُلِ وَجْهَانِ (الصَّحِيحُ بِاتِّفَاقِ الْمُصَنِّفِينَ وَقَطَعَ بِهِ كَثِيرُونَ وَهُوَ قَوْلُ جُمْهُورِ أَصْحَابِنَا الْمُتَقَدِّمِينَ أَنَّهُ يَقِفُ عِنْدَ رَأْسِهِ (وَالثَّانِي) قَالَهُ أَبُو عَلِيٍّ الطَّبَرِيُّ عِنْدَ صَدْرِهِ وَهَذَا اخْتِيَارُ إمَامِ الْحَرَمَيْنِ وَالْغَزَالِيِّ (وَالصَّوَابُ) مَا قَدَّمْتُهُ عَنْ الْجُمْهُورِ وَهُوَ عِنْدَ رَأْسِهِ وَنَقَلَهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ عَنْ الْأَصْحَابِ - المجموع شرح المهذب (5/ 225)
“Sesuai sunnah, seorang imam berdiri di tengah (pantat) wanita tanpa ada perbedaan, berdasarkan hadits. Karena hal itu lebih terjaga dari orang lain. Sementara bagi lelaki ada dua cara. Yang kuat adalah sesuai dengan kesepakatan para penulis, diputuskan oleh mayoritas dan pendapat mayoritas teman-teman kami yang lama bahwa dia berdiri di kepalanya. Yang kedua, pendapat Abu Ali At-Tobari, berdiri di dadanya. Ini juga dipilih oleh Imam Haramain, Al-Gozali. Yang benar adalah seperti yang saya ketengahkan dari jumhur (mayoritas) (berdiri) di kepalanya, dan hal itu dinukilkan dari Qodhi Husain dari teman-teman.”.
Posisi kepala jenazah
Ini adalah masalah yang sering timbul di masyarakat ketika akan menshalatkan jenazah. Terutama jenazah laki-laki. Apakah kepala di sebelah kanan imam atau di sebelah kiri imam.
Disebutkan dalam Hasyiyah Al-Bujairami Alal Khotib
وَتُوضَعُ رَأْسُ الذَّكَرِ لِجِهَةِ يَسَارِ الْإِمَامِ وَيَكُونُ غَالِبُهُ لِجِهَةِ يَمِينِهِ خِلَافَ مَا عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ الْآنَ، أَمَّا الْأُنْثَى وَالْخُنْثَى فَيَقِفُ الْإِمَامُ عِنْدَ عَجِيزَتِهِمَا وَيَكُونُ رَأْسَهُمَا لِجِهَةِ يَمِينِهِ عَلَى مَا عَلَيْهِ النَّاسُ الْآنَ - حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب (2/ 278)
“Kepala jenazah laki-laki diletakkan di sebelah kiri imam, sebagian besar tubuhnya di sebelah kanan imam, berbeda dengan pengamalan orang saat ini. Adapun jenzah perempuan dan khuntsa (orang yang berkelamin ganda) maka imam berdiri di sisi pantatnya sedangkan kepalanya ada di sebelah kanan imam sebagaimana pengamalan orang saat ini.”
Dalam hadits tidak dijelaskan posisi kepala jenazah berada di sisi kanan imam ataukah di sisi kiri imam.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang ini, beliau berkata,
لا فرق بين أن يكون رأس الميت عن يمين الإمام، أو عن شماله، خلافاً لما يظنه بعض العامة أنه لابد أن يكون عن يمين الإمام.- مجموع الفتاوى (17/101)
“Tidak ada perbedaan, antara posisi kepala jenazah di sebelah kanan imam atau sebelah kiri, berbeda yang disangka oleh sebagian orang awam, bahwa harus berada di sebelah kanan.”
Beliau juga berkata,
لا أعلم بهذا سنة .... وهذا لا أصل له.- مجموع الفتاوى (17/101)
“Aku tidak mengetahui sunnah dengan hal seperti ini .... ini tidak ada dasarnya.”
Faidah Dari Dr. Labib Najib,
[Posisi Imam pada mayat laki-laki]
Disebutkan oleh banyak pengarang Hasyiyah bahwa kepada mayat laki-laki diletakkan di sebelah kiri imam dan sebagian besar anggota badan si mayit berada di sebelah kanan imam.
Ini disebutkan oleh Al-Allamah Al-Bujairimy dalam Hasyiyah Alal Iqna’, Al-Jumal, Pengarang Nihayatul Amal, ditakrir oleh As-Syarwani dalam Hasyiyah At-Tuhfah (3/156)
Tetapi Al-Allamah Al-Faqih Abdullah Baswedan berkata, “Bahwa itu barus sekedar bahts. Teks Ibarat beliau, sebagaimana dinukil oleh Al-Allamah Al-Jurdany di Fathul Allam Syarh Musyidul Anam (3/171)
“Akan tetapi, itu sekedar bahts, diambil dari perkataan di Al-Majmu’, dan perbuatan dari ulama dan orang sholeh di daerah kami Hadramaut dan lainnya, bahwa kepala mayat laki-laki dalam shalat di sebelah kanan juga. Yang menjadi sandaran adalah Nash jika ada penguat bukan dalam bentuk bahts. Maka apa yang diambil oleh jumhur ulama di sini itu yang benar.”
Apa yang ditakrir oleh Al-Alamah Baswedan berbeda dengan apa Al-Allamah Sa’ide Baisyan dalam Mawahib Ad-Dayyan (hal. 307)
“Selain makmum berdiri di kepala mayat laki-laki, kepala mayat di sebelah kiri orang yang shalat, sebagian besar badannya di sebelah kanan, berbeda dengan yang dilakukan orang saat ini.” Yang semisal ini di Buyrol Karim.
Zahirnya, semuanya benar, perbedaan pada mana yang lebih Afdhol.
Teks Asli Dr. Labib Najib
[موقف الإمام من الميت الذكر]نصَّ غيرُ واحدٍ من أصحاب الحواشي أنَّ رأس الميت الذكر يُوضَعُ على يسار الإمام، ويكون معظم بدن الميت على جهة يمينه، (كما في الصورة أدناه).وممن نصَّ على هذا العلامة البجيرمي في حاشية على الإقناع، والجمل، وصاحب "نهاية الأمل"، وقرره الشرواني في حاشية التحفة (3/156) رحمهم الله جميعًا.إلا أن العلامة الفقيه عبد الله باسودان رحمه الله قال إنَّه مجرد بحث، ونصُّ عبارته كما نقلها العلامة الجُرداني في فتح العلام شرح مرشد الأنام (3/171):("لكنَّه مجردُ بحثٍ، وأُخِذَ من كلام المجموع، وفعل السلف من علماء وصلحاء في جهتنا حضرموت وغيرها: جعل رأس الذكر في الصلاةِ عن اليمين أيضًا، والمعوَّل عليه هو النصُّ إن وُجِدَ من مرجحٍ لا على سبيل البحث والأخذ، وإلا فما عليه الجمهور هنا هو الصواب" اهـ من فتاويه) اهـوهذا الذي قرره العلامة باسودان قرر خالفه العلامة سعيد باعشن في مواهب الديان، فقال (ص307):(ويقف غيرُ المأموم عند رأس الذكر، بحيث يكون رأسُهُ يسار المصلي، وغالب بدنِهِ ليمينه، على خلاف عمل الناس) اهـ، ونحوه في بشرى الكريم.وظاهرٌ: أنَّ الكلَّ صحيح، والخلاف إنما هو في الأفضل، والله أعلم
Gabung dalam percakapan