Puasa Perempuan Yang Hamil dan Menyusui

Pendapat Ulama Tentang Puasa Perempuan Yang Hamil dan Menyusui

Para ulama berbeda pendapat tentang perempuan yang hamil dan menyusui, jika mereka berbuka dan tidak berpuasa.

Pendapat pertama:

Mengqodho’ puasa saja. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah. Dari kalangan sahabat yang berpendapat seperti adalah Ali bin Abi Thalib radhiyallohu ‘anhu.

Pendapat Kedua:

Jika khawatir terhadap dirinya, maka hanya mendqodho’ saja. Tetapi jika ia khawatir terhadap anaknya, maka ia wajib mengqodho’ dan membayar fidyah dengan memberi makan orang setiap hari ia berbuka. Ini adalah pendapat imam Syafi’i dan Ahmad. Al-Jasshosh menyebutkan bahwa ini juga pendapat Ibnu Umar radhiyallohu ‘anhuma.

Pendapat Ketiga:

Hanya membayar fidyah dan tidak mengqodho’. Sahabat yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma. Ibnu Qudamah dalam al-Mugni (3/37) menyebutkan bahwa ini juga pendapat Ibnu Umar radhiyallohu ‘anhuma.

Diriwayatkan oleh Abu Daud (2318) bahwa Ibnu Abbas berkata tentang ayat {وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} [البقرة: 184]

«كَانَتْ رُخْصَةً لِلشَّيْخِ الْكَبِيرِ، وَالْمَرْأَةِ الْكَبِيرَةِ، وَهُمَا يُطِيقَانِ الصِّيَامَ أَنْ يُفْطِرَا، وَيُطْعِمَا مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ سْكِينًا، وَالْحُبْلَى وَالْمُرْضِعُ إِذَا خَافَتَا»، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «يَعْنِي عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَأَطْعَمَتَا»

“itu adalah keringanan bagi pria dan wanita yang sudah sepuh yang berat untuk puasa, maka keduanya boleh berbuka dan memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari yang tidak berpuasa. Sedangkan wanita hamil dan menyusui jika khawatir pada anaknya, maka keduanya boleh tidak berpuasa dan memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari tidak berpuasa.”

Hadis diatas juga diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan tambahan di bagian akhirnya,

وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقُولُ لأُمِّ وَلَدٍ لَهُ حُبْلَى: أَنْتَ بِمَنْزِلَةِ الَّتِي لا تُطِيقُهُ فَعَلَيْك الْفِدَاءُ، وَلا قَضَاءَ عَلَيْك

Ibn Abbas pernah mengatakan kepada seorang wanita yang sedang hamil: “Engkau berkedudukan sama dengan orang yang tidak kuat puasa, karena itu kamu harus membayar fidyah, dan tidak perlu mengqadha.”

Sanad hadis ini dishahihkan oleh Ad-Daruquthni, disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar di kitab at-Talkhish (2/400).

Imam Al-Jasshosh dalam Ahkamul Qur’an (1/220) menyebutkan perbedaan pendapat sahabat dalam masalah ini. “Para salaf berselisih pendapat pada masalah ini menjadi 3 macam. Ali berkata, menggoqdho jika berbuka tanpa membayar fidyah, Ibnu Abbas berpendapat, membayar fidayah tanpa qodho’, dan Ibnu Umar berkata, membayar fidyah dan qodho’.”

Dalil yang mewajibkan qodho saja.

Di Sunan An-Nasa’i (2275), dari Anas dari Nabi ﷺ bersabda,

«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ شَطْرَ الصَّلَاةِ وَالصِّيَامَ، وَعَنِ الْحَامِلِ وَالْمُرْضِعِ»

“Sesungguhnya Allah memberikan keringanan bagi orang musafir berpuasa dan shalat, dan bagi wanita hamil dan menyusui berpuasa.”

Dalam hadis ini, Nabi ﷺ menjadi hukum orang yang hamil dan menyusui seperti musafir, musafir berbuka dan mengqodho’ puasanya.

Dalil kedua adalah qiyas terhadap orang yang sakit. Orang yang sakit berbuka dan tidak berpuasa,
begitu pula bagi orang yang hamil dan menyusui.

Ukuran fidyah yang dibayarkan adalah memberi makan 1 mud untuk setiap hari yang ditinggalkan. 1 mud = 625 / 675 / 750 gram. Baca juga: ukuran mudd

Fidyah dapat dilakukan dengan menghidangkan menu makanan lengkap siap saji kepada sejumlah orang sesuai jumlah hari yang ditinggalkan. Jika puasa yang ditinggalkannya selama tujuh hari, maka ia harus memberi makan sebanyak tujuh orang miskin. Atau boleh juga dengan memberi makan satu orang miskin selama tujuh hari.

Dalam At-Tahriir wa Ant-Tanwir (2/166)

فَقَدَ كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ حِينَ هَرِمَ وَبَلَغَ عَشْرًا بَعْدَ الْمِائَةِ يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ لِكُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا خُبْزًا وَلَحْمًا

Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu, ketika sudah tua renta umurnya 110 tahun, beliau tidak berpuasa, lalu beliau memberi makan satu orang miskin setiap hari dengan makanan roti dan daging.

Di Fathul Bayan Fi Maqoshidil Qur’an (1/365) disebutkan,

وقال ابن عباس: يعطي كل مسكين عشاءه وسحوره أي قدر ما يأكله في يومه

Menurut Ibnu Abbas, memberi makan seorang miskin untuk makan malam dan sahurnya, seperti biasanya ia makan.

Sumber:
https://islamqa.info
https://www.islamweb.net

guru ngaji & bahasa arab