3 Diridhoi 3 Dimurkai

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَرضى لَكُم ثَلاثاً ويَسخَطُ لَكم ثَلاثاً، يَرضَى لَكم أَن تَعبُدوه وَلَا تُشرِكُوا بِه شَيْئًا، وأَن تَعتَصمُوا بِحبل اللَّهِ جَمِيعًا وأَن تُناصِحُوا مَن ولاهُ اللَّهُ أَمرَكُم، ويَكرهُ لَكُم: قِيلَ وقَالَ وكَثرةَ السُؤال، وإِضاعَةَ المَالِ

“Sesungguhnya Allah ridha terhadap kalian pada tiga hal dan memurkai kalian karena tiga hal. Allah meridhai kalian (1) jika kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, (2) kalian semua berpegang teguh dengan tali Allah serta tidak berpecah belah (3) kalian saling memberi nasihat dengan orang yang Allah kuasakan padanya urusan kalian,
Allah ﷻ memurkai kalian pada tiga hal, (1) menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya (2) Banyak meminta-minta atau banyak bertanya-tanya (3) Membuang-buang harta.”

Hadis tersebut menunjukkan bahwa perkara pertama yang diridhai oleh Allah adalah tauhid, yaitu

Perkara Pertama: mengesakan Allah ﷻ dalam hal beribadah dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا} [النساء: 36]

“Sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (an-Nisa’: 36)
Tauhid adalah syarat dan modal utama untuk seseorang masuk surga dan selamat dari neraka sebagaimana sabda Nabi ﷺ

«مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الجَنَّةَ» صحيح البخاري (129)

“Barang siapa berjumpa dengan Allah dengan tidak menyekutukan apapun dengan-Nya, niscaya akan masuk surga.” (HR . al-Bukhari)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda,

فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah ﷻ telah mengharamkan atas neraka bagi orang yang berkata, ‘La ilaha ilallah,’ dengan ikhlas sepenuh hati mengharap wajah Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kesyirikan adalah penyebab utama masuk dan kekalnya seseorang dalam neraka serta terhalangnya dari masuk surga. Firman Allah ﷻ,

{إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} 

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. (al-Maidah: 72)

Perkara kedua yang diridhai oleh Allah ﷻ yang disebutkan dalam hadits di atas, “Berpegang teguhlah dengan tali Allah ﷻ dan jangan berpecah belah.” Allah ﷻ berfirman,

{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا} [آل عمران: 103]

“Dan berpegang teguhlah dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai.” (Ali Imran:103)
Maksudnya adalah berpegang teguh dan berpedoman dengan al-Qur’an dan as-Sunnah dalam segala aspek kehidupan beragama (ibadah, akhlak, akidah, maupun muamalah.

Perpecahan adalah suatu yang mesti akan terjadi, sehingga Rasulullah ﷺ memberikan petunjuk bagaimana seharusnya ketika terjadi perpecahan. Rasulullah ﷺ bersabda,

سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي إِلَى ثَلاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: هُمْ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya berada di neraka kecuali satu. (Para sahabat) bertanya, ‘Siapa mereka yang selamat wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Mereka adalah yang seperti aku dan para sahabatku sekarang ini’.”

Perkara ketiga: yang diridhai Allah ﷻ adalah saling menasihati dan bekerja sama dengan pemegang kekuasaan pemerintahan negeri kaum muslimin.

Kata Tunashihu dalam hadis menurut al-Munawi, yaitu tidak menyelisihi, mendo’akan dengan kebaikan, memberikan dukungan dalam kebaikan, dan bersikap lemah lembut dalam memberikan teguran ketika mereka mengalami kekeliruan.

Di dalam hadits ini tidak disebutkan ”janganlah menyelisihinya” Ini memberikan isyarat bolehnya menyelisihi ulil amri/penguasa ketika mereka menyuruh untuk kemaksiatan.

Adapun tiga hal yang dimurkai oleh Allah ﷻ yang disebutkan dalam hadits di atas;
Pertama, suka membicarakan berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Imam Nawawi menyatakan,

الْخَوْض فِي أَخْبَار النَّاس ، وَحِكَايَات مَا لَا يَعْنِي مِنْ أَحْوَالهمْ وَتَصَرُّفَاتهمْ

“Yang dimaksud adalah menceburkan diri dalam berita-berita yang dibicarakan orang, dalam hal yang tidak manfaat yang membicarakan aktivitas atau gerak-gerik orang lain.” (Syarh Shahih Muslim, 12: 11)

Rasulullah ﷺ telah bersabda,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dianggap dusta dengan dia membicarakan setiap apa yang dia dengar.” (HR . Muslim)

Di dalam sebuah hadits, Nabi ﷺ bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

"Jauhilah dusta, karena berdusta akan mengantarkan kepada keburukan, sedangkan keburukan akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang selalu berdusta dan menekuninya, niscaya akan ditulis di sisi Allah ‘azza wa jalla sebagai pendusta.”

Kedua: yang dimurkai oleh Allah ﷻ adalah  كثرة السؤال
Maksudnya adalah banyak bertanya pada sesuatu yang tidak terjadi atau sesuatu yang tidak dibutuhkan.
Juga bisa bermakna, meminta-minta atau mengemis.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasul ﷺ bersabda,

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

“Jika seseorang selalu meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040)

Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ

“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad)

Ketiga: yang dimurkai oleh Allah dalam hadits di atas adalah perbuatan menyia-nyiakan harta.
Allah ﷻ berfirman,

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Menghamburkan harta dilarang baik pada harta yang jumlahnya sedikit atau banyak. Termasuk pula dalam idha’atul adalah jika harta semacam itu dilarang disalurkan untuk jalan kebaikan, atau malah disalurkan untuk maksiat pada Allah.

guru ngaji & bahasa arab