Jiwa Suci di Bulan Suci
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)} [البقرة: 183]
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kalian, supaya kalian bertakwa.”
Puasa, dengan menahan makan dan minum sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari, menahan diri dari sesuatu yang Allah halalkan, terlebih lagi dari yang dilarang dalam agama. Sehingga puasa mengajarkan dan membentuk kebersihan lahiriah, tidak ada yang masuk ke dalam rongga badan kecuali yang baik-baik di waktu sahur dan berbuka.
Disamping yang bersifat lahiriah, puasa juga mengajarkan dan membentuk karakter mulia, karakter yang ada dalam jiwa. Karakter seharusnya ikut terbentuk saat puasa ditunaikan. Untuk membentuk ini, seorang yang berpuasa hendaknya berpuasa secara lahir dan batin. Tidak hanya mengekang nafsu perut dan kemaluan, tapi semua nafsu yang ada diri. Menahan lidah dari berkata kotor, mencegah lisan untuk menggunjing, membicarakan aib orang lain, menahan lidah supaya tidak bicara yang sia-sia. Seseorang yang sedang berpuasa, pada hakikatnya, ia dalam ibadah, sehingga sepanjang harinya, dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari ia sedang beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, tidak sepantasnya ia bermaksiat, berkata kotor saat ia beribadah.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh radhiyallohu ‘anhu dalam Shahih Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makan dan minum.”
Hadist ini memperjelas bahwa, seorang yang berpuasa, ia tidak sekedar menahan makan dan minum, tetapi lidah dan anggota badannya lainnya juga ikut berpuasa, meninggalkan larangan-larangan Allah ta’ala.
Ini perlu diperhatikan, karena puasa memiliki keutamaan-keutamaan yang seharusnya diraih. Diantaranya, puasa dapat mensucikan raga dan jiwa seseorang, membersihkan seorang muslim dari dosa, bisa membersihkan hati.
Di dalam hadits yang diriwaytkan Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ، يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Dosa seseorang kepada istrinya, hartanya, dirinya, anaknya dan keluarganya dihapuskan oleh shalat, puasa, sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar”
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Baihaqi dan Bazzar, Rasulullah ﷺ bersaba,
صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ، وَثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يَذْهَبْنَ بِوَحَرِ الصَّدْرِ
“Puasa bulan Kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan menghilangkan wahar di dada” yaitu: benci & memusuhi serta waswas hati.
Semoga puasa yang kita lakukan dapat menyucikan raga dan jiwa, sehingga kita mendapat puasa yang sempurna.
Gabung dalam percakapan