Syaitan dibelenggu di Ramadhan?


Di antara keutamaan bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaitan-syaitan dibelenggu.

«إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ»

“Jika Ramadhan tiba, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan dibelunggu.” HR. Bukhari [3277], Muslim [1079]

Di dalam riwayat an-Nasa’i [2106] berbunyi,

تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ

“Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan pembangkang dibelenggu.”

Lalu apakah syaitan dibelenggu atau dirantai dengan makna sebenarnya?

Secara umum makan dari dibelenggu, dalam haditsnya (صُفِّدَتْ), (سُلْسِلَتْ), (تُغَلُّ), bisa diartikan dengan makna sebenarnya (حقيقة), yaitu syaitan-syaitan benar-benar dibelenggu dan dirantai. Juga bisa bermakna kiasan (مجاز), yaitu syaitan tidak leluasa mengganggu manusia, seakan-akan ia terbelenggu.

Disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari[1]  pada pembahasan syaitan dibelengu (وسلسلت الشياطين), menukilkan perkataan Iyadh dan al-Hulaimy.

قَالَ عِيَاضٌ يَحْتَمِلُ أَنَّهُ عَلَى ظَاهِرِهِ وَحَقِيقَتِهِ

Iyadh berkata, “Kemungkinan maknanya adalah syaitan benar dibelenggu dengan nyata.”

قَالَ الْحَلِيمِيُّ يَحْتَمِلُ أَن يكون المُرَاد من الشَّيَاطِين مسترقوا السَّمْعِ مِنْهُمْ وَأَنَّ تَسَلْسُلَهُمْ يَقَعُ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ دُونَ أَيَّامِهِ

Al-Hulaimy berkata, “Kemungkinan maknanya adalah syaitan-syaitan pencuri berita, mereka dibelenggu di bulan Ramadhan saja.”

وَقَالَ غَيْرُهُ الْمُرَادُ بِالشَّيَاطِينِ بَعْضُهُمْ وهم المردة

Pendapat lainnya bahwa syaitan yang dibelenggu adalah syaitan-syaitan yang keras dan pembangkang (مردة الشياطين) sesuai dengan ada dalam riwayat an-Nasa’i dan lainnya.

وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ

“Di bulan Ramadhan dibelenggu marodatus syayathiin.”

Yang dimaksud dengan marodatus syayathiin adalah pembesar-pembesar syaitan yang menentang Allah ta’ala.

Disebutkan juga dalam Fathul Bary,

وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ أَنَّ الشَّيَاطِينَ لَا يَخْلُصُونَ مِنَ افْتِتَانِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى مَا يَخْلُصُونَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ لِاشْتِغَالِهِمْ بِالصِّيَامِ الَّذِي فِيهِ قَمْعُ الشَّهَوَاتِ وَبِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالذِّكْر

“Kemungkinan maknanya adalah bahwa syaitan-syaitan bisa mengganggu kaum muslimin, sebagaimana mereka mengganggu di luar Ramadhan, karena kaum muslimin sibuk berpuasa melawan syahwat dan sibuk membaca al-Qur’an berzikir.”

وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ إِشَارَةً إِلَى كَثْرَةِ الثَّوَابِ وَالْعَفْوِ وَأَنَّ الشَّيَاطِينَ يَقِلُّ إِغْوَاؤُهُمْ فَيَصِيرُونَ كَالْمُصَفَّدِينَ

“Kemungkinan maknanya adalah sebagai isyarat banyaknya pahala dan ampunan, dan syaitan berkurang gangguannya, sehingga seperti dibelenggu.”

Syaikh Utsaimin[2]  ditanya, “Bagaimana memahami antara syaitan dibelenggu di bulan Ramadhan dengan maksiat yang terjadi?”

Beliau menjawab,

المعاصي التي تقع في رمضان لا تنافي ما ثبت من أن الشياطين تصفد في رمضان، لأن تصفيدها لا يمنع من حركتها، ولذلك جاء في الحديث: «تصفد فيه الشياطين، فلا يخلصون إلى ما يخلصون إليه في غيره» وليس المراد أن الشياطين لا تتحرك أبداً، بل هي تتحرك، وتضل من تضل، ولكن عملها في رمضان ليس كعملها في غيره

“Maksiat yang terjadi tidak bertolak belakang dengan dibelenggunya syaitan di Ramadhan. Dibelenggunya syaitan di Ramadhan tidak mencegah ia untuk bergerak. Sebagaimana di dalam hadis, “syaitan-syaitan dibelenggu, mereka tidak mampu mengganggu sebagaimana ia mengganggu di selain bulan Ramadhan.” Maknanya bukan berarti syaitan tidak bisa bergerak sama sekali, akan tetap ia tetap bisa bergerak, menyesatkan, akan tetapi aktifitasnya di Ramadhan tidak seperti di luar Ramadhan.”


[1] Fathul Bari, 4/114, Dar al-Makrifah, Bairut.
[2] Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Syaikh Utsaimin, 20/76

guru ngaji & bahasa arab