Ramadhan Dinilai di Akhir
10 terakhir Ramadhan. Hari-hari yang begitu baik, penuh keberkahan, dan keutamaan. Fase dimana hamba-hamba Allah berlomba-lomba dalam meraih kebaikan.
Ini bisa kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Pada 10 hari terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi ﷺ lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)
Amalan utama di 10 terakhir Ramadhan adalah itikaf, yaitu menetap di dalam masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
“Sesungguhnya Nabi ﷺ dahulu beri’tikaf di 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkannya. Kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau juga senantiasa beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
Ibadah i’tikaf bertujuan mulia yaitu untuk menggapai malam lailatul qadar yang punya keutamaan ibadah yang dilakukan lebih baik daripada 1000 bulan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. al-Qadr [97]: 1-3)
“barang siapa salat malam di malam lailatul qodar, maka dihapuskan apa yang berlalu dari dosanya” HR. Bukhari [2014], Muslim [760]
Maka dari itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan lailatul qadar, terutama di 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)
Bersemangat dan meningkatkan ibadah di akhir Ramadhan dalam rangka menutup Ramadhan dengan kebaikan. Karena orang yang bahagia dengan Ramadhan adalah (من ختم له بخير) orang yang ditutup amalnya dengan kebaikan.
”Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Ta’ala“.
Di dalam hadis disebutkan, Nabi ﷺ mengingatkan,
Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya. (HR. Ahmad 22835, Bukhari 6607 dan yang lainnya).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,
“Yang akan menjadi ukuran adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amal, dan bukan buruknya permulaan…”
Al-Imam Ibnu Al-Jauziy rahimahullah berkata
“Seekor kuda pacu jika sudah berada mendekati garis finish, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, karena itu, jangan sampai kuda lebih cerdas darimu.. Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya.. Karena itu, ketika kamu termasuk orang yang tidak baik dalam penyambutan, semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”
Hasan al-Bashri mengatakan,
“Perbaiki apa yang tersisa, agar kesalahan yang telah lalu diampuni. Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu akan dapat diraih.”
Semoga Allah ta’ala mentakdirkan kita keberuntungan di Ramadhan ini, dan di seluruh perjalanan hidup kita.
Ya Allah, jadikan usia terbaik kami ada di penghujungnya, amal terbaik kami ada di penutupnya, dan hari terbaik kami, ketika kami bertemu dengan-Mu.
Ini bisa kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ.
“Pada 10 hari terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi ﷺ lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)
Amalan utama di 10 terakhir Ramadhan adalah itikaf, yaitu menetap di dalam masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.
“Sesungguhnya Nabi ﷺ dahulu beri’tikaf di 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkannya. Kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau juga senantiasa beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
Ibadah i’tikaf bertujuan mulia yaitu untuk menggapai malam lailatul qadar yang punya keutamaan ibadah yang dilakukan lebih baik daripada 1000 bulan.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. al-Qadr [97]: 1-3)
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“barang siapa salat malam di malam lailatul qodar, maka dihapuskan apa yang berlalu dari dosanya” HR. Bukhari [2014], Muslim [760]
Maka dari itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan lailatul qadar, terutama di 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)
Bersemangat dan meningkatkan ibadah di akhir Ramadhan dalam rangka menutup Ramadhan dengan kebaikan. Karena orang yang bahagia dengan Ramadhan adalah (من ختم له بخير) orang yang ditutup amalnya dengan kebaikan.
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
”Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Ta’ala“.
Di dalam hadis disebutkan, Nabi ﷺ mengingatkan,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya. (HR. Ahmad 22835, Bukhari 6607 dan yang lainnya).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,
العبرة بكمال النهايات لا بنقص البدايات
“Yang akan menjadi ukuran adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amal, dan bukan buruknya permulaan…”
Al-Imam Ibnu Al-Jauziy rahimahullah berkata
إن الخيل إذا شارفت نهاية المضمار بذلت قصارى جهدها لتفوز بالسباق، فلا تكن الخيل أفطن منك! فإن الأعمال بالخواتيم، فإنك إذا لم تحسن الاستقبال لعلك تحسن الوداع.
“Seekor kuda pacu jika sudah berada mendekati garis finish, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, karena itu, jangan sampai kuda lebih cerdas darimu.. Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya.. Karena itu, ketika kamu termasuk orang yang tidak baik dalam penyambutan, semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”
Hasan al-Bashri mengatakan,
أحسن فيما بقي يغفر لك ما مضى، فاغتنم ما بقي فلا تدري متى تدرك رحمة الله…
“Perbaiki apa yang tersisa, agar kesalahan yang telah lalu diampuni. Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu akan dapat diraih.”
Semoga Allah ta’ala mentakdirkan kita keberuntungan di Ramadhan ini, dan di seluruh perjalanan hidup kita.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أعُمْارنا آخِرَها، وَخَيْرَ أعمالنا خَوَاتِمَها، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنا يَوْمَ نلْقَاكَ
Ya Allah, jadikan usia terbaik kami ada di penghujungnya, amal terbaik kami ada di penutupnya, dan hari terbaik kami, ketika kami bertemu dengan-Mu.
Gabung dalam percakapan