Akhlak Rasulullah terhadap Pelayan

Di suatu sore musim panas, seorang lelaki Bangladesh datang ke kantor menemui kawannya, mereka duduk di kursi ruang minum. Tangan lelaki itu sedikit bergetar ketika memegang gelas teh di tangannya, sembari mengambil beberapa biskuit dari meja untuk dimakannya, sambil tak lupa besopan santun, menawarkan biskuit kepada orang di sekitarnya. Lelaki Bangladesh ini sedang mengeluhkan perlakuan buruk majikannya terhadapnya, ia bercerita kepada kawannya diakhiri ucapannya "Allah kariim". Hanya sedikit yang bisa kutangkap dari pembicaraan mereka, ada rasa kasihan dari dalam jiwa. Ia mengeluh perlakuan majikannya.

Lalu, bagaimanakah sikap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap pelayannya? Pernahkah sahabat-sahabat yang melayani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengeluh tentang sikap beliau?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Mereka (para pelayan dan pekerja) adalah saudara kamu (seiman). Allah Ta'ala menempatkan mereka di bawah kekuasaan kamu. Berilah mereka makanan yang biasa kamu makan, berikanlah mereka pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah memberatkan mereka di luar batas kemampuan. Jika kamu memberikan sebuah tugas, bantulah mereka dalam melaksanakannya." (HR. Muslim)

Akhlak yang mulia dari pemilik qudwah hasanah, mengajarkan bagaimana memperlakukan pelayan. Seorang pelayan tidak menjadi rendah ketika harus tunduk di bawah perintah seseorang bahkan ditempatkan pada posisi yang mulia bukan untuk dihinakan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengukurnya dari sisi agama dan ketakwaannya, bukan dari sisi status sosial dan keduduk-annya yang lemah.

Penuturan seorang pelayan tentang majikannya, dari rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia, Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu, yang melayani beliau selama sepuluh tahun, tentang sikap dan akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadapnya selama bersama beliau. Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu mengungkapkan, "Aku pernah menjadi pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selama sepuluh tahun. Tidak pernah sama sekali beliau mengucapkan "hus" kepadaku. Beliau tidak pernah membentakku terhadap sesuatu yang kukerjakan (dengan ucapan), "Mengapa engkau kerjakan begini!" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang tidak kukerjakan (dengan ucapan), "Mengapa tidak engkau kerjakan!" (HR. Muslim)

Anas radhiyallaahu 'anhu adalah pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia mengungkapkan, "Ibuku pernah berkata, "Wahai Rasulullah, anak ini akan menjadi pelayanmu, doakanlah ia." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berdoa: "Ya Allah, anugrahkanlah kepadanya harta dan keturunan yang banyak dan berkahilah rizki yang Engkau curahkan kepadanya." (HR. Al-Bukhari)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang pemberani. Hanya saja keberanian itu cuma beliau pergunakan untuk membela kebenaran semata. Beliau tidak pernah mengebiri hak kaum lemah yang berada di bawah tanggung jawab beliau, baik itu sang istri maupun si pelayan. Aisyah radhiyallaahu 'anha menuturkan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Ta'ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita." (HR. Muslim). 'Aisyah radhiyallaahu 'anha mengungkapkan pula, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah ta'ala. Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah Ta'ala dilanggar orang, maka beliau adalah orang yang paling marah karenanya. Dan sekiranya beliau diminta untuk memilih di antara dua perkara, pastilah beliau memilih yang paling ringan, selama perkara itu tidak menyangkut dosa." (HR. Al-Bukhari)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru umatnya untuk berlaku lemah lembut dan sabar. Beliau bersabda,"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Lembut, dan menyukai kelembutan dalam segala perkara." (Muttafaq 'alaih)
guru ngaji & bahasa arab