Kemuliaan Akhlak Rasul

Pada diri Rasulullah suri taulada yang baik, akhlak beliau sungguh sangat tinggi, cukuplah pujian Allah kepada baginda Nabi dalam surat Al-Qolam:4 "Sesungguhnya Engkau berada pada akhlak yang agung." Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam, tak akan penat para penulis mengukir sejarah mulia buliau, menggores semua akhlak mulia Rasululullah, dalam untaian kata yang tak akan putus sepanjang zaman.

Ini sedikit dari gambaran akhak mulia beliau, yang patut menjadi contoh seluruh umat di sepanjang zaman, ia bagaikan air bagi orang-orang yang dahaga, obor di tengah gelap gulita kehidupan.

Salah seorang istri beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.

Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.

Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami sholat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.

Akhirnya, Rasulullahpun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah SAW bergerak. Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.

Teramat agung pribadi Rasulullah SAW sehingga para sahabat yang ditanya oleh seorang badui tentang akhlak beliau SAW hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau SAW. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.

Saudaraku, sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah SWT.

Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”.

Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad SAW) lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia”(HR. Bukhari). Kita tidak tahu apakah nanti akan di akui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumil kiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau SAW semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya (mari berlindung dari hal demikian), sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.

Suatu ketika, saat Rasulullah sudah semakin dekat dengan ajalnya, ia berkata kepada para sahabatnya, “Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku kepada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!” Para sahabat terdiam, namun ada seorang sahabat yang bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisiku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash (red:pembalasan) hari ini.” Semua sahabat terpana, kemudian Umar langsung berdiri dan siap ‘membereskan’ orang itu, namun Rasulullah melarangnya. Bilal disuruh pergi ke rumah Rasul untuk mengambil tongkat. Setelah Bilal tiba dengan tongkat itu, Rasul memberikannya kepada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya. Rasul berkata, “lakukanlah!” Suasana berubah menjadi sunyi senyap, dan terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah memeluk Rasul seraya menangis. “Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku menyentuh tubuhmu! Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.” Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Rasul sebelum Allah memanggil Rasul.

Betapa mulia akhlak seorang Rasulullah, dengan akhlaknya yang baik dan tidak pernah menyakiti perasaan orang lain masih merasa takut jika ada yang menuntut balas kepadanya di akhirat kelak. Ia adalah sosok pemimpin idaman, yang dengan besar hati siap menerima kritik dan hukuman ketika ia berbuat salah. Kenyataannya di negeri ini banyak pemimpin yang tidak pernah merasa bersalah walaupun telah banyak merugikan orang lain. Na’udzubillah….. Mari kita teladani akhlak Rasulullah SAW!
guru ngaji & bahasa arab